Handoko mengatakan BRIN saat ini sedang fokus dalam membangun bandar antariksa di Biak, Papua. Fasilitas itu terbuka untuk pengguna global terutama Asia Pasifik.
Menurutnya, bandar antariksa di wilayah ekuator sangat bermanfaat karena lebih sedikit energi yang dibutuhkan untuk satelit di lintasan ekuator.
Strategi pengembang bandar antariksa tersebut menggunakan pendekatan bisnis ke bisnis atau B2B.
“Saat ini kami sedang berdiskusi dengan beberapa investor potensial, termasuk jika Uni Emirat Arab tertarik dalam joint initiative tersebut," kata Handoko.
Lebih lanjut dia menyampaikan bahwa BRIN juga terbuka melibatkan sektor swasta dalam pengoperasian stasiun bumi dan bandar antariksa.
BRIN memiliki lima stasiun bumi dan sedang dalam tahap pengalihan ke sektor swasta dalam pengoperasian dan pemeliharaan.
"Kami juga mengizinkan sektor swasta untuk menyediakan layanan berbasis stasiun bumi,” paparnya.
Wakil Direktur Jenderal UAESA Ibrahim Al Qasem menjelaskan berbagai program keantariksaan di negaranya mulai dari peningkatan kapasitas institusi, pembentukan pusat keantariksaan, dan penguatan kapasitas penelitian serta sumber daya manusia di universitas.
Uni Emirat Arab melibatkan sektor swasta dalam menguatkan program keantariksaan, antara lain pengembangan satelit dan pusat data keantariksaan. Negara ini fokus dalam misi eksplorasi Mars dan sabuk asteroid.
Baca juga: BRIN: Badai matahari bisa menyebabkan satelit mengalami gangguan
Baca juga: NASPCI kumpulkan pakar, diplomat, industri bahas satelit dan antariksa
Baca juga: BRIN susun peta jalan keantariksaan yang relevan dan implementatif