Jakarta (ANTARA News) - Di sela antusiasme dan kemeriahan peresmian Bandara Halim Perdanakusuma sebagai bandara yang melayani penerbangan komersial terjadwal, rasa cemas mendera buruh angkut barang atau porter.

"Semenjak beredar kabar Bandara Halim Perdanakusuma melayani penerbangan komersial terjadwal, perusahaan yang menaungi porter di sini terancam diganti tendernya, kami pun terancam kehilangan pekerjaan, dan jujur saja saya cemas," kata porter senior Bandara Halim Perdanakusuma, Supardi kepada ANTARA News, di Jakarta, Jumat.

Supardi yang sudah paruh baya itu mengatakan perusahaan yang selama ini menaunginya harus memenuhi standar pelayanan porter penerbangan komersial, jika ingin mempertahankan eksistensinya di Bandara Halim Perdanakusuma.

"Kalau perusahaan tempat saya bekerja tidak bisa memenuhi standar ya diganti tendernya oleh perusahaan baru yang memenuhi standar, dan saya belum tentu ditarik jadi porter lagi," ujar dia.

Menurut Supardi porter di Bandara Halim Perdanakusuma berbeda dengan porter di Bandara Soekarno Hatta. Di Bandara Soekarno Hatta, porter mendapatkan gaji sebagai pelayan publik.

"Kalau disini ya serabutan berdasarkan imbalan dari penumpang saja. Sebelum Halim jadi bandara komersial, saya dapat Rp10.000 sampai Rp20.000 jika bisa membawakan barang-barang penumpang pesawat carter, itu pun jarang sekali," kata dia.

Sampai detik ini total porter yang ada di Bandara Halim Perdanakusuma berjumlah 28 orang termasuk mandor. Supardi berharap dia dan teman-temannya tetap bisa bekerja sebagai porter seiring bertambahnya penerbangan ke bandara tersebut.

"Tapi kalau ternyata perusahaan yang sekarang diganti, dan perusahaan baru punya tenaga sendiri, apa boleh buat saya menyingkir," kata dia.

Senada dengan Supardi, porter lain Agus Salim juga mengaku cemas atas kemungkinan terjadinya pemutusan hubungan kerja para porter.

Agus mengatakan sudah betah bekerja di Halim Perdanakusuma, bahkan sudah berencana mengajak anaknya ikut serta bekerja di sana.

"Saya maunya disini terus. Kabar pergantian perusahaan kan belum pasti, dan semoga saja tidak terjadi," kata Agus Salim.

Para porter biasa berkumpul di terminal kedatangan, tepatnya di lokasi pengambilan bagasi penumpang. Mereka berbaris tertib menunggu jika ada penumpang yang meminta jasa angkut barang.

Berdasarkan pantauan, pada hari pertama pembukaan Bandara Halim Perdanakusuma sebagai bandara yang melayani penerbangan komersil terjadwal, pelayanan bongkar muat barang penumpang dari bagasi pesawat tidak terlalu lama.

Penumpang hanya perlu menunggu sekitar 15 menit untuk mendapatkan barangnya dari bagasi pesawat.

Maskapai Citilink merupakan yang pertama kali melakukan penerbangan perdana dari dan ke Bandara Halim Perdanakusuma. Anak usaha maskapai Garuda Indonesia itu melayani 16 penerbangan pada hari ini dari pukul 05.55-19.25 WIB.