Ankara (ANTARA) - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Jumat (31/5) menjamu perdana menteri Libya guna membahas hubungan bilateral serta isu regional dan global dalam pertemuan mereka, menurut Direktorat Komunikasi Turki.

Erdogan menyambut Abdul Hamid Dbeibeh di Kompleks Kepresidenan di ibu kota Turki, Ankara, kata direktorat tersebut dalam sebuah pernyataan, seraya menambahkan bahwa kedua pemimpin mendiskusikan "hubungan Turki-Libya, perkembangan terbaru di Libya, serangan Israel terhadap wilayah Palestina, serta isu regional dan global."

Selama pertemuan tersebut, Erdogan mengatakan bahwa Ankara bersedia memberikan dukungan dalam peluncuran dialog guna "memastikan kesatuan dan solidaritas di Libya dengan melindungi legitimasi Pemerintah Persatuan Nasional Libya," yang dipimpin Dbeibeh.

Sembari mencatat bahwa hubungan antara Turki dan Libya terus berkembang "di semua bidang," pernyataan itu menyoroti penekanan Erdogan bahwa pada kerja sama energi, kedua negara harus "berhubungan secara erat untuk melindungi kepentingan bersama mereka di Mediterania Timur."

"Dalam pernyataan apresiasinya atas dukungan Libya terhadap perjuangan Palestina, Presiden Erdogan menyatakan bahwa dirinya mendukung keputusan Libya untuk melakukan intervensi dalam kasus genosida terhadap Israel di Mahkamah Internasional, sama seperti yang dilakukan Turki," tambah pernyataan itu.

Israel terus melanjutkan serangan brutal di Gaza sejak serangan Hamas pada 7 Oktober, meski resolusi Dewan Keamanan PBB menuntut gencatan senjata segera.

Lebih dari 36.200 warga Palestina telah tewas di Gaza, yang sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak, sedangkan hampir 81.800 lainnya luka-luka, menurut otoritas kesehatan setempat.

Hampir delapan bulan setelah perang Israel, sebagian besar wilayah Gaza hancur di tengah blokade yang melumpuhkan terhadap akses makanan, air bersih, dan obat-obatan.

Israel dituding melakukan genosida di Mahkamah Internasional, yang dalam putusan terbarunya memerintahkan mereka untuk segera menghentikan operasinya di Rafah, di mana lebih dari satu juta warga Palestina mencari perlindungan dari perang, sebelum mereka diserang pada 6 Mei.

Sumber: Anadolu

Baca juga: PBB gagal hentikan pertumpahan darah di Gaza, kata Erdogan
Baca juga: Turki: Makin banyak yang akui negara Palestina, Israel makin terkucil
Baca juga: Presiden Turki: tidak ada negara yang aman kecuali Israel patuhi hukum