Jakarta (ANTARA) - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo dalam keterangan yang diterima di Jakarta, mengatakan banyak negara di dunia yang mengagumi Pancasila.

Ia menyampaikan pernyataan tersebut dengan merujuk Presiden RI pertama, Soekarno, yang sejak lama memperkenalkan Pancasila kepada negara-negara di dunia. Ia menyebut salah satunya adalah saat di hadapan Kongres Amerika Serikat dan Universitas Heidelberg, Jerman Barat.

"Di Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), 30 September 1960, Bung Karno dalam pidatonya berjudul 'To Build the World A New' (Membangun Dunia Kembali), mengenalkan dan menawarkan Pancasila sebagai ideologi internasional karena nilai-nilai Pancasila tidak hanya bersifat nasional ke-Indonesia-an, tetapi universal dan internasional,” katanya.

Ia menyebut Bung Karno juga sempat menjelaskan sila pertama hingga kelima dari Pancasila memiliki nilai universal. Misalnya, kata dia, ketuhanan yang Maha Esa di sila pertama, kemanusiaan di sila kedua, nasionalisme di sila ketiga, demokrasi di sila keempat, dan keadilan sosial di sila kelima merupakan nilai-nilai universal yang dianut oleh negara lain di dunia.

Dalam pidato di Sidang Umum PBB 1960 itu, lanjut dia, Bung Karno juga mengusulkan agar Pancasila dimasukkan ke dalam Piagam PBB. Ia lantas mengatakan bahwa usulan tersebut mendapatkan sambutan meriah dari para pemimpin dunia.

"Pada 1961, pidato Presiden Soekarno di Sidang Umum PBB ditetapkan sebagai MoW (Memory of the World) bersama dengan arsip Gerakan Non-Blok Pertama (GNB I) di Belgrade, Yugoslavia (sekarang Serbia). Kemudian, dalam Sidang Pleno Executive Board UNESCO pada 10-24 Mei 2023, pidato Bung Karno di Sidang Umum PBB juga ditetapkan sebagai Memory of the World oleh UNESCO. Ini membuktikan pengakuan dunia atas Pancasila," ujarnya.

Sementara itu, ia mengatakan bahwa Pancasila adalah jalan hidup bangsa Indonesia. Selain itu, lanjut dia, Pancasila merupakan landasan cita-cita perjuangan. bangsa Indonesia, sehingga nilai-nilainya harus diterapkan untuk mewujudkan kesatuan dan persatuan bangsa.

"Pancasila sejak awal kelahirannya dimaksudkan sebagai dasar negara, ideologi dan pandangan hidup bangsa yang mempersatukan kemajemukan, dan menjadi sumber jati diri bangsa. Pancasila akan bermakna ketika nilai-nilainya hadir dalam tindakan nyata di tengah masyarakat. Tidak hanya sekadar menjadi hafalan belaka," katanya.

Baca juga: Haedar tekankan aktualisasi nyata Pancasila dalam berbangsa-bernegara

Baca juga: Pancasilais dalam dialektika demokrasi kita