Dolar menguat setelah risalah Fed tunjukkan dukung "tapering"
9 Januari 2014 07:22 WIB
Kurs Dolar AS Melemah. Petugas menunjukkan mata uang dolar AS di Kantor Pusat BNI, Jakarta, Senin (16/12). Kurs dolar AS melemah terhadap enam mata uang utama lainnya menjelang pertemuan kunci The Federal Reserve yang akan memberikan kejelasan Bank Sentral AS mengenai program pemotongan stimulusnya, sementara euro naik menjadi 1,3761 dolar AS, nilai dolar AS juga melemah menjadi 103,02 yen. (ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma) ()
New York (ANTARA News) - Kurs dolar menguat terhadap sebagian besar mata uang utama lainnya pada Rabu (Kamis pagi WIB), setelah risalah pertemuan Federal Reserve AS menunjukkan sebagian besar pembuat kebijakan mendukung pengurangan stimulus moneter.
Pada 22.00 GMT (Kamis pukul 05.00 WIB), euro dibeli 1,3574 dolar, turun dari 1,3613 dolar sehari sebelumnya, lapor AFP.
Dolar menguat menjadi 104,82 yen dari 104,56 yen.
Euro melemah terhadap mata uang Jepang, menjadi 142,26 yen dari 142,34 yen.
Risalah pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) The Fed pada 17-18 Desember, menunjukkan bahwa "sebagian besar" peserta berpikir pengangguran AS akan terus menurun sekalipun The Fed mengurangi stimulusnya.
The Fed pada 18 Desember mengumumkan bahwa mereka akan mulai memangkas pembelian aset bulanan atau pelonggaran kuantitatif (QE) pada Januari sebesar 10 miliar dolar AS menjadi 75 miliar dolar AS per bulan.
"Fakta bahwa risalah tidak bermakna mengubah prospek pengurangan bertahap dan mantap dalam stimulus Fed tetap positif untuk dolar," kata Omer Esiner, kepala analis pasar di Commonwealth Foreign Exchange.
"Memang, karena data ekonomi membaik, ada risiko bahwa Fed bisa menjadi lebih agresif dalam pengurangan stimulus moneternya."
Tetapi Kathy Lien, direktur di BK Asset Management, mengatakan risalah tidak memicu "gerakan besar" dalam dolar AS, sekalipun mata uang itu tetap meningkat pada Rabu terhadap sebagian besar mata uang utama.
Salah satu alasannya adalah bahwa "risalah memberikan sedikit rician masa depan laju penurunan," kata Lien dalam sebuah catatan penelitian. "Sementara risalah menunjukkan komitmen untuk mengurangi QE, tidak ada yang mendapatkan investor bersemangat membeli dolar."
Para analis sedang memantau hasil dari pertemuan kebijakan moneter Bank Sentral Eropa (ECB) pada Kamis. Meskipun prospek ekonomi di zona euro masih belum jelas, banyak analis memperkirakan ECB untuk menahan diri dari stimulus lebih lanjut pada saat ini.
"Besok, kami berharap (Presiden ECB) Mario Draghi mengatakan bahwa sementara stimulus lebih lanjut tetap menjadi pilihan, mereka merasa nyaman dengan tingkat kebijakan moneter saat ini dan tidak terburu-buru untuk memperlonggar lagi," kata Lien.
Di antara mata uang lainnya, poundsterling Inggris naik menjadi 1,6447 dolar dari 1,6399 dolar.
Dolar meningkat menjadi 0,9111 franc Swiss dari 0,9093 franc.
Penerjemah: Apep Suhendar
Pada 22.00 GMT (Kamis pukul 05.00 WIB), euro dibeli 1,3574 dolar, turun dari 1,3613 dolar sehari sebelumnya, lapor AFP.
Dolar menguat menjadi 104,82 yen dari 104,56 yen.
Euro melemah terhadap mata uang Jepang, menjadi 142,26 yen dari 142,34 yen.
Risalah pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) The Fed pada 17-18 Desember, menunjukkan bahwa "sebagian besar" peserta berpikir pengangguran AS akan terus menurun sekalipun The Fed mengurangi stimulusnya.
The Fed pada 18 Desember mengumumkan bahwa mereka akan mulai memangkas pembelian aset bulanan atau pelonggaran kuantitatif (QE) pada Januari sebesar 10 miliar dolar AS menjadi 75 miliar dolar AS per bulan.
"Fakta bahwa risalah tidak bermakna mengubah prospek pengurangan bertahap dan mantap dalam stimulus Fed tetap positif untuk dolar," kata Omer Esiner, kepala analis pasar di Commonwealth Foreign Exchange.
"Memang, karena data ekonomi membaik, ada risiko bahwa Fed bisa menjadi lebih agresif dalam pengurangan stimulus moneternya."
Tetapi Kathy Lien, direktur di BK Asset Management, mengatakan risalah tidak memicu "gerakan besar" dalam dolar AS, sekalipun mata uang itu tetap meningkat pada Rabu terhadap sebagian besar mata uang utama.
Salah satu alasannya adalah bahwa "risalah memberikan sedikit rician masa depan laju penurunan," kata Lien dalam sebuah catatan penelitian. "Sementara risalah menunjukkan komitmen untuk mengurangi QE, tidak ada yang mendapatkan investor bersemangat membeli dolar."
Para analis sedang memantau hasil dari pertemuan kebijakan moneter Bank Sentral Eropa (ECB) pada Kamis. Meskipun prospek ekonomi di zona euro masih belum jelas, banyak analis memperkirakan ECB untuk menahan diri dari stimulus lebih lanjut pada saat ini.
"Besok, kami berharap (Presiden ECB) Mario Draghi mengatakan bahwa sementara stimulus lebih lanjut tetap menjadi pilihan, mereka merasa nyaman dengan tingkat kebijakan moneter saat ini dan tidak terburu-buru untuk memperlonggar lagi," kata Lien.
Di antara mata uang lainnya, poundsterling Inggris naik menjadi 1,6447 dolar dari 1,6399 dolar.
Dolar meningkat menjadi 0,9111 franc Swiss dari 0,9093 franc.
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014
Tags: