Bulog harapkan buku stabilisasi pangan Perhepi beri dampak positif
1 Juni 2024 12:01 WIB
Arsip Foto - Dirut Perum Bulog Bayu Krisnamurthi saat konferensi pers Keberhasilan Bantuan Pangan Beras Menahan Laju Inflasi di Jakarta, Kamis (11/1/2024). ANTARA/Kuntum Riswan.
Jakarta (ANTARA) - Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi berharap peluncuran buku berjudul "Pentingnya Stabilitas Pangan di Indonesia" yang dibuat oleh Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (Perhepi), bisa memberi dampak positif bagi masalah pangan nasional.
“Intinya, terbitnya buku stabilisasi pangan ini menurut saya, sangat tepat dan menjadi bagian dari sebuah diskusi kita bersama untuk terus menjadikan pangan Indonesia dan juga sekaligus ekonomi Indonesia menjadi lebih baik,” kata Bayu dihubungi di Jakarta, Sabtu.
Menurut Bayu, buku dengan 304 halaman mengenai pangan di Indonesia, yang ditulis oleh 26 orang dengan tim editor yang diketuai Erizal Jamal, dapat menjawab tiga pertanyaan mengenai pangan.
"Ketiga pertanyaan itu, yakni apakah Indonesia membutuhkan kebijakan stabilisasi pangan yang berkelanjutan? Kedua, bagaimana stabilisasi tersebut harus dilakukan? Ketiga, bagaimana memosisikan Perum Bulog," ujarnya.
"Bagi kami, setidaknya ada tiga pertanyaan yang penting berkaitan dengan materi yang ada di buku ini. Atau dengan perkataan lain buku ini bisa menjawab atau setidaknya memulai sebuah diskusi untuk menjawab tiga hal itu," ucap Bayu menambahkan.
Dia menuturkan bahwa tantangan yang dihadapi saat ini sangat besar dan semakin nyata seperti krisis iklim, ketidakpastian geopolitik global, gangguan rantai pasok pangan yang bukan hanya di Indonesia tetapi juga di berbagai negara di dunia.
Namun, dia berharap meskipun ada sejumlah tantangan, tidak mempengaruhi target atau prospek yang diharapkan yakni pendapatan masyarakat Indonesia bisa mencapai 10 ribu dolar AS per kapita.
Lebih lanjut Bayu mengatakan bahwa Bulog sebagai lembaga atau perusahaan milik negara telah melaksanakan tugas stabilisasi pangan selama 57 tahun.
Bayu mengaku bahwa banyak pengalaman yang diperoleh oleh Bulog. Namun, banyak pula permasalahan yang dihadapi tetapi hal itu menjadi sebuah pembelajaran agar ke depan Bulog bisa lebih baik dalam menjaga stabilisasi pangan di Tanah Air.
Ia menambahkan, menjaga stabilisasi pangan dan dan cara-cara yang dianggap paling tepat ke depan harus menjadi perhatian dan langkah bersama, termasuk peran dari Perhepi.
“Sekali lagi, Bulog dengan sangat antusiasme menyambut terbitnya buku stabilisasi pangan dan berharap ini bisa menjadi bagian yang berguna dalam diskusi kita untuk membangun ketahanan pangan kita ke depan,” imbuh Bayu.
Sementara itu, Ketua Umum Perhepi Prof. Bustanul Arifin berharap dengan buku tersebut, Perum Bulog bisa menjalankan misi penting menjaga stabilisasi pangan di Indonesia.
“Ini adalah launching secara resmi diserahkan kepada masyarakat, kita serahkan khusus kepada Bulog. Kira-kira Bulog akan seperti apa menjalankan misi penting stabilisasi pangan. Semoga buku ini bisa bermanfaat,” kata Prof Bustanul yang merupakan Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Lampung di sela peluncuran buku itu di Bogor, Jawa Barat, Jumat (31/5).
Baca juga: Bulog pastikan stok beras hadapi Idul Adha aman capai 1,81 juta ton
Baca juga: Bulog: Transformasi logo baru perkuat tugas rantai pasok pangan
“Intinya, terbitnya buku stabilisasi pangan ini menurut saya, sangat tepat dan menjadi bagian dari sebuah diskusi kita bersama untuk terus menjadikan pangan Indonesia dan juga sekaligus ekonomi Indonesia menjadi lebih baik,” kata Bayu dihubungi di Jakarta, Sabtu.
Menurut Bayu, buku dengan 304 halaman mengenai pangan di Indonesia, yang ditulis oleh 26 orang dengan tim editor yang diketuai Erizal Jamal, dapat menjawab tiga pertanyaan mengenai pangan.
"Ketiga pertanyaan itu, yakni apakah Indonesia membutuhkan kebijakan stabilisasi pangan yang berkelanjutan? Kedua, bagaimana stabilisasi tersebut harus dilakukan? Ketiga, bagaimana memosisikan Perum Bulog," ujarnya.
"Bagi kami, setidaknya ada tiga pertanyaan yang penting berkaitan dengan materi yang ada di buku ini. Atau dengan perkataan lain buku ini bisa menjawab atau setidaknya memulai sebuah diskusi untuk menjawab tiga hal itu," ucap Bayu menambahkan.
Dia menuturkan bahwa tantangan yang dihadapi saat ini sangat besar dan semakin nyata seperti krisis iklim, ketidakpastian geopolitik global, gangguan rantai pasok pangan yang bukan hanya di Indonesia tetapi juga di berbagai negara di dunia.
Namun, dia berharap meskipun ada sejumlah tantangan, tidak mempengaruhi target atau prospek yang diharapkan yakni pendapatan masyarakat Indonesia bisa mencapai 10 ribu dolar AS per kapita.
Lebih lanjut Bayu mengatakan bahwa Bulog sebagai lembaga atau perusahaan milik negara telah melaksanakan tugas stabilisasi pangan selama 57 tahun.
Bayu mengaku bahwa banyak pengalaman yang diperoleh oleh Bulog. Namun, banyak pula permasalahan yang dihadapi tetapi hal itu menjadi sebuah pembelajaran agar ke depan Bulog bisa lebih baik dalam menjaga stabilisasi pangan di Tanah Air.
Ia menambahkan, menjaga stabilisasi pangan dan dan cara-cara yang dianggap paling tepat ke depan harus menjadi perhatian dan langkah bersama, termasuk peran dari Perhepi.
“Sekali lagi, Bulog dengan sangat antusiasme menyambut terbitnya buku stabilisasi pangan dan berharap ini bisa menjadi bagian yang berguna dalam diskusi kita untuk membangun ketahanan pangan kita ke depan,” imbuh Bayu.
Sementara itu, Ketua Umum Perhepi Prof. Bustanul Arifin berharap dengan buku tersebut, Perum Bulog bisa menjalankan misi penting menjaga stabilisasi pangan di Indonesia.
“Ini adalah launching secara resmi diserahkan kepada masyarakat, kita serahkan khusus kepada Bulog. Kira-kira Bulog akan seperti apa menjalankan misi penting stabilisasi pangan. Semoga buku ini bisa bermanfaat,” kata Prof Bustanul yang merupakan Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Lampung di sela peluncuran buku itu di Bogor, Jawa Barat, Jumat (31/5).
Baca juga: Bulog pastikan stok beras hadapi Idul Adha aman capai 1,81 juta ton
Baca juga: Bulog: Transformasi logo baru perkuat tugas rantai pasok pangan
Pewarta: Muhammad Harianto
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2024
Tags: