Creil, Prancis (ANTARA News) - Prancis akan memangkas tentaranya di Mali menjadi 1.600 pada pertengahan bulan depan dari tingkat saat ini 2.500, kata Presiden Francois Hollande Rabu.
Berbicara di satu pangkalan udara di Creil, utara Prancis, Hollande mengatakan, "situasi terkendali" di Mali, di mana "tujuan utama dari misi telah selesai dilaksanakan."
"Ukuran pasukan akan berkurang dari sekitar 2.500 saat ini menjadi 1.600 prajurit dan kemudian menjadi 1.000 yang merupakan jumlah yang diperlukan untuk melawan ancaman yang mungkin muncul kembali karena kelompok teroris masih ada di Mali utara," kata Presiden.
Prancis meluncurkan Operasi Serval militer di bekas koloni itu pada 11 Januari 2013 untuk mengusir gerak maju gerilyawan menyusul kudeta.
Intervensi tersebut telah banyak dipuji sebagai sukses secara internasional untuk menghentikan gerak gerilyawan Al-Qaida dan pemberontak Tuareg dari maju ke wilayah selatan negara yang luas dan juga maju ke ibu kota Bamako.
Pasukan Prancis dan Chad telah menghancurkan hampir enam ton bahan peledak dan senjata yang ditemukan di gurun utara Mali yang dikuasai pemberontak, kata Perserikatan Bangsa Bangsa akhir tahun 2013 lalu.
Para tentara Chad, dari misi penjaga perdamaian MINUSMA PBB, sedang berpatroli wilayah di dekat perbatasan Aljazair dengan pasukan Operasi Serval Prancis ketika mereka menemukan peledak itu, kata pernyataan PBB .
"Pada tanggal 28-29 Desember batalyon Chad MINUSMA, penghubung serta dukungan detasemen dari kekuatan Serval telah menemukan dua gudang besar senjata dan amunisi yang terletak sekitar 150 kilometer (95 mil) barat daya Tessalit," tulis pernyataan tersebut.
Prancis meluncurkan Operasi Serval pada Januari untuk mengusir gerilyawan garis keras Al-Qaida yang telah menduduki Mali utara pada tahun 2012 dan memberlakukan interpretasi syariah Islam pada penduduk Timbuktu dan pemukiman gurun utama lainnya.
Pernyataan itu mengatakan penghancuran 5,7 ton amonium nitrat dan sekitar 40 granat telah menjadi "pukulan berat lain bagi sumber daya kelompok teroris".
Itu adalah jarak yang signifikan antara keduanya dalam tiga bulan setelah tentara Prancis menemukan dan menghancurkan sebuah kendaraan yang berisi hampir satu ton bahan peledak dekat kota timur laut Anefis pada September.
Operasi Serval telah melemahkan berbagai kelompok gerilyawan yang menduduki bekas jajahan Prancis selama sembilan bulan tahun lalu, namun mereka tetap aktif dan ancaman selalu ada ketika dua penjaga perdamaian Senegal tewas dalam serangan bom bunuh diri pada awal bulan ini.
Pengumuman PBB muncul pada malam kunjungan Menteri Pertahanan Prancis Jean-Yves Le Drian ke Mali sebagai bagian dari tur tiga harinya yang berfokus pada keamanan yang juga membawanya ke Niger dan Chad.
Penerjemah: Askan Krisna
Hollande: misi tercapai, Prancis kurangi tentaranya di Mali
9 Januari 2014 06:53 WIB
Presiden Perancis Francois Hollande (REUTERS/Gonzalo Fuentes)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014
Tags: