Pemkab Indramayu: 407 anak dinyatakan bebas stunting pada 2024
31 Mei 2024 20:36 WIB
Bupati Indramayu Nina Agustina (tengah baju batik biru) saat meninjau kondisi balita stunting di Indramayu, Jawa Barat. ANTARA/HO-Diskominfo Indramayu
Indramayu (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, menyebutkan penerapan program Orang Tua Asuh Anak Stunting (OTAAS) telah berhasil membuat 407 anak di daerahnya dinyatakan lulus atau bebas dari stunting pada 2024.
“Saat ini Program OTAAS masih dilakukan, karena masih ada sebanyak 1.207 anak asuh yang belum lulus stunting sejak program itu dimulai pada awal tahun 2023,” kata Bupati Indramayu Nina Agustina di Indramayu, Jumat.
Ia menjelaskan OTAAS merupakan salah satu program unggulan di Indramayu, dengan fokus utamanya adalah menugaskan setiap satuan kepala perangkat daerah (SKPD) untuk menjadi orang tua asuh bagi anak di bawah usia dua sampai tiga tahun yang berada di wilayah binaan.
Kemudian, kata Nina, para orang tua asuh itu nantinya memberikan bantuan makanan tambahan setiap dua kali dalam satu minggu sehingga asupan gizi anak asuhnya tercukupi.
Menurutnya, program semacam ini sangat membantu dalam menurunkan angka kasus di Kabupaten Indramayu karena bisa menangani lebih banyak anak yang masih menderita stunting.
“Lewat program ini kami ingin mewujudkan sumber daya manusia yang sehat, cerdas, produktif serta mencapai tujuan pembangunan yang berkelanjutan,” ujarnya.
Baca juga: Dinkes Indramayu catat 6.120 anak alami "stunting"
Baca juga: Bupati Indramayu: Olahan ikan bisa penuhi gizi dan cegah stunting
Selain OTAAS, Nina menyampaikan masih ada sejumlah program lainnya yang saat ini sedang dilaksanakan untuk mempercepat penurunan kasus stunting.
Beberapa program itu misalnya dengan mengintensifkan pelatihan para kader Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA), serta mengedukasi keluarga agar menjaga status gizi balita dengan peningkatan ASI eksklusif hingga menjamin asupan protein hewani.
“Hasilnya pada tahun 2023 Kabupaten Indramayu mengalami penurunan prevalensi stunting dari 21,1 persen menjadi sebesar 18,4 persen,” katanya.
Nina menambahkan rendahnya pengetahuan ibu tentang makanan sehat, menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya stunting.
Oleh sebab itu, pihaknya memastikan tetap memprioritaskan upaya penurunan kasus stunting, yang difokuskan untuk memperbaiki asupan gizi bagi anak dan ibu hamil di daerahnya.
“Prioritas kami saat ini yakni melakukan pencegahan dan penanggulangan terhadap stunting dan gizi buruk,” ucap dia.
Baca juga: LPEM UI soroti keterkaitan inflasi tinggi dengan prevalensi "stunting"
Baca juga: BKKBN minta kader ukur balita dengan benar selaraskan data stunting
Baca juga: Pemerintah perkuat kolaborasi dan optimalkan anggaran perangi stunting
“Saat ini Program OTAAS masih dilakukan, karena masih ada sebanyak 1.207 anak asuh yang belum lulus stunting sejak program itu dimulai pada awal tahun 2023,” kata Bupati Indramayu Nina Agustina di Indramayu, Jumat.
Ia menjelaskan OTAAS merupakan salah satu program unggulan di Indramayu, dengan fokus utamanya adalah menugaskan setiap satuan kepala perangkat daerah (SKPD) untuk menjadi orang tua asuh bagi anak di bawah usia dua sampai tiga tahun yang berada di wilayah binaan.
Kemudian, kata Nina, para orang tua asuh itu nantinya memberikan bantuan makanan tambahan setiap dua kali dalam satu minggu sehingga asupan gizi anak asuhnya tercukupi.
Menurutnya, program semacam ini sangat membantu dalam menurunkan angka kasus di Kabupaten Indramayu karena bisa menangani lebih banyak anak yang masih menderita stunting.
“Lewat program ini kami ingin mewujudkan sumber daya manusia yang sehat, cerdas, produktif serta mencapai tujuan pembangunan yang berkelanjutan,” ujarnya.
Baca juga: Dinkes Indramayu catat 6.120 anak alami "stunting"
Baca juga: Bupati Indramayu: Olahan ikan bisa penuhi gizi dan cegah stunting
Selain OTAAS, Nina menyampaikan masih ada sejumlah program lainnya yang saat ini sedang dilaksanakan untuk mempercepat penurunan kasus stunting.
Beberapa program itu misalnya dengan mengintensifkan pelatihan para kader Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA), serta mengedukasi keluarga agar menjaga status gizi balita dengan peningkatan ASI eksklusif hingga menjamin asupan protein hewani.
“Hasilnya pada tahun 2023 Kabupaten Indramayu mengalami penurunan prevalensi stunting dari 21,1 persen menjadi sebesar 18,4 persen,” katanya.
Nina menambahkan rendahnya pengetahuan ibu tentang makanan sehat, menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya stunting.
Oleh sebab itu, pihaknya memastikan tetap memprioritaskan upaya penurunan kasus stunting, yang difokuskan untuk memperbaiki asupan gizi bagi anak dan ibu hamil di daerahnya.
“Prioritas kami saat ini yakni melakukan pencegahan dan penanggulangan terhadap stunting dan gizi buruk,” ucap dia.
Baca juga: LPEM UI soroti keterkaitan inflasi tinggi dengan prevalensi "stunting"
Baca juga: BKKBN minta kader ukur balita dengan benar selaraskan data stunting
Baca juga: Pemerintah perkuat kolaborasi dan optimalkan anggaran perangi stunting
Pewarta: Fathnur Rohman
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2024
Tags: