Bojonegoro (ANTARA News) - Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Bengawan Solo di Bojonegoro, Jawa Timur Selasa memberlakukan Siaga I menghadapi ancaman banjir luapan air Bengawan Solo di daerah hilir Jawa Timur.

"Kenaikan air Bengawan Solo di daerah hilir Jatim dipengaruhi banjir di Ngawi dan sekitarnya, selain hujan lokal," kata Kepal Seksi Operasi UPT Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Bengawan Solo di Bojonegoro Mucharom, Selasa.

Sesuai data UPT Bengawan Solo, ketinggian air Bengawan Solo di Ndungus, Ngawi, mencapai 6,70 meter (siaga I), Senin kemarin pukul 21.00 WIB.

Naiknya air Bengawan Solo di Ngawi mengakibatkan ketinggian air Bengawan Solo pada papan duga di Bojonegoro naik 13,25 meter (Siaga I), Selasa pukul 06.00 WIB.

"Air Bengawan Solo masuk siaga I sejak sehari lalu, tapi kenaikannya tidak terlalu drastis, bahkan hari ini air cenderung turun," katanya.

Meski demikian, ia meminta tim penanggulangan bencana di sepanjang daerah hilir Jawa Timur, mulai Bojonegoro, Tuban, Lamongan dan Gresik tetap waspada, sebab ancaman banjir luapan sungai terpanjang di Jawa masih berpeluang terjadi sampai Pebruari.

"Sesuai prakiraan Badan Meteologi Klimatologi dan Geofisika Juanda, Surabaya, akhir Januari sampai Februari curah hujan di Bojonegoro dan sekitarnya tinggi sehingga berpeluang menimbulkan banjir," ujarnya.

Bupati Bojonegoro Suyoto telah mengajukan permohonan kepada Pemerintah Pusat agar petani di daerahnya yang tanaman padinya rusak terendam air banjir beberapa waktu lalu bisa memperoleh bantuan benih dan pupuk.

"Kalau petani bisa memperoleh bantuan benih dan pupuk juga biaya tanam maka Maret sudah bisa mulai tanam, sebab banjir sudah selesai," jelasnya.

Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah setempat, banjir Bengawan Solo dan anak sungainya di daerah ini merendam sawah seluas 4.865 hektare dan palawija 575 hektare dengan kerugian Rp10 miliar lebih.