"Kedatangan saya adalah untuk melihat apakah ketersediaan gas elpiji untuk masyarakat Depok cukup, karena jika keberadaan gas elpiji langka dikhawatirkan akan menimbulkan gejolak di masyarakat," kata Nur Mahmudi usai meninjau SPBE di Jalan Cinangka Depok, Senin.
Ia mengatakan setelah mendengar penjelasan dari Kepala SPBE Gas Elpiji Cinangka Depok Udi Laksono, diketahui bahwa biasanya kuota gas elpiji 12 kg 60 ton, mengalami penurunan sampai 15 ton semenjak kenaikan harga.
"Memang ada penurunan yang cukup signifikan dari pengisian 12 kg tersebut. Berarti terjadi penurunan konsumsi gas elpiji 12 kg di masyarakat," tuturnya.
Menurut dia kenaikan harga gas elpiji 12 kg membuat kebutuhan masyarakat menjadi meningkat. Gas elpiji juga menjadi bahan bakar utama bagi pelaku-pelaku usaha, ibu rumah tangga dan pelaku usaha tentu sangat merasakan kenaikan ini.
"Ibu rumah tangga dan pelaku usaha harus mengeluarkan biaya lebih untuk pengeluaran gas," katanya.
Sementara itu Ketua Hiswana Migas Kota Depok M. Athar Susanto menjelaskan jalur distribusi hanya sampai di pangkalan, dan harganya adalah Rp123.900, jika ada penurunan dan penetapan harga gas elpiji 12 kg, maka Pertamina akan langsung menghubungi Hiswana Depok, dan kemudian akan diinformasikan ke masyarakat.
"Setiap agen diwajibkan memberikan rencana distribusi dan harus melaporkan realisasinya diakhir bulan, jika ada agen yang tidak mematuhi aturan maka, akan diblokir," tuturnya.
Sedangkan pemegang saham PT Pertamina (Persero) memutuskan untuk menaikkan harga elpiji ukuran 12 kilogram hanya sebesar Rp1.000 per kilogram, dari harga yang ditetapkan sebelumnya Rp3.900 per kilogram.
"Setelah konsultasi dengan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), maka diputuskan kenaikannya hanya sebesar Rp1.000 per kilogram, yang mulai nanti malam (pukul 00:00 WIB, 7 Januari 2014)," kata Menteri BUMN Dahlan Iskan, usai Rapat Konsultasi dengan BPK soal kenaikan elpiji 12 kg.
(F006/R010)