Proyek Gundih salurkan gas mulai awal 2014
6 Januari 2014 14:16 WIB
Ilustrasi. Sejumlah pekerja menyelesaikan pembangunan Central Processing Plant (CPP) fasilitas pemrosesan gas dari struktur Kedungtuban PT Pertamina EP, di Kabupaten Blora, Jateng, Rabu (7/11). (FOTO ANTARA/R. Rekotomo)
Jakarta (ANTARA News) - PT Pertamina EP menjadwalkan penyaluran gas dari proyek Gundih di Blora ke PLTGU Tambak Lorok, Semarang sebesar 50 MMSCFD mulai awal 2014 atau sekitar Januari-Februari.
Manajer Humas Pertamina EP Agus Amperianto di Jakarta, Senin, mengatakan, saat ini proyek Gundih masih dalam penyelesaian instalasi.
"Kami upayakan secepatnya bisa mengalir ke Tambak Lorok," katanya.
Menurut dia, kondisi cuaca dengan curah hujan tinggi saat pertengahan Desember 2013 hingga saat ini telah memperlambat pekerjaan. Bahkan, lanjutnya, pernah terjadi banjir akhir Desember 2013.
Agus juga mengatakan, pihaknya sudah meminta kontraktor proyek yakni Konsorsium PT Inti Karya Persada Teknik-PT Adhi Karya agar mempercepat pekerjaannya.
Menurut dia, saat peresmian 13 Desember lalu adalah awal uji coba proyek Gundih. "Jadi, komisioning ini untuk memastikan gas ada dan siap dipasok ke Tambak Lorok," katanya.
Kepala Divisi BBM dan Gas PLN Soeryadi Mardjoeki mengharapkan, proyek Gundih tidak terlambat lagi.
Menurut dia, fasilitas penyimpanan gas terkompresi (compressed natural gas/CNG) sudah siap. "Tapi, karena gas belum siap, kami tunggu," katanya.
Pertamina EP membangun pusat pemrosesan gas Gundih dengan total kapasitas 70 MMSCFD.
Fasilitas dibangun konsorsium IKPT dan Adhi Karya dengan nilai kontrak 120 juta dolar AS.
Gas Gundih yang berasal dari struktur Kedungtuban, Randublatung, dan Kedunglusi, disalurkan PT Sumber Petrindo Perkasa sesuai dengan kontrak perjanjian jual beli gas (PJBG) No 885/EP0000/2006-S0, tanggal 21 Desember 2006.
Dari 50 MMSCFD, gas dipakai sebagai beban dasar PLTGU Tambak Lorok sebesar 30 MMSCFD dan 20 MMSCFD lainnya dikompresi (CNG) untuk dipakai saat beban puncak.
Dengan mekanisme itu, gas bisa membangkitkan listrik saat beban puncak sebesar 470 MW. Proyek Gundih diharapkan menghemat pemakaian bahan bakar pembangkit PLN hingga Rp21,4 triliun per tahun.
Manajer Humas Pertamina EP Agus Amperianto di Jakarta, Senin, mengatakan, saat ini proyek Gundih masih dalam penyelesaian instalasi.
"Kami upayakan secepatnya bisa mengalir ke Tambak Lorok," katanya.
Menurut dia, kondisi cuaca dengan curah hujan tinggi saat pertengahan Desember 2013 hingga saat ini telah memperlambat pekerjaan. Bahkan, lanjutnya, pernah terjadi banjir akhir Desember 2013.
Agus juga mengatakan, pihaknya sudah meminta kontraktor proyek yakni Konsorsium PT Inti Karya Persada Teknik-PT Adhi Karya agar mempercepat pekerjaannya.
Menurut dia, saat peresmian 13 Desember lalu adalah awal uji coba proyek Gundih. "Jadi, komisioning ini untuk memastikan gas ada dan siap dipasok ke Tambak Lorok," katanya.
Kepala Divisi BBM dan Gas PLN Soeryadi Mardjoeki mengharapkan, proyek Gundih tidak terlambat lagi.
Menurut dia, fasilitas penyimpanan gas terkompresi (compressed natural gas/CNG) sudah siap. "Tapi, karena gas belum siap, kami tunggu," katanya.
Pertamina EP membangun pusat pemrosesan gas Gundih dengan total kapasitas 70 MMSCFD.
Fasilitas dibangun konsorsium IKPT dan Adhi Karya dengan nilai kontrak 120 juta dolar AS.
Gas Gundih yang berasal dari struktur Kedungtuban, Randublatung, dan Kedunglusi, disalurkan PT Sumber Petrindo Perkasa sesuai dengan kontrak perjanjian jual beli gas (PJBG) No 885/EP0000/2006-S0, tanggal 21 Desember 2006.
Dari 50 MMSCFD, gas dipakai sebagai beban dasar PLTGU Tambak Lorok sebesar 30 MMSCFD dan 20 MMSCFD lainnya dikompresi (CNG) untuk dipakai saat beban puncak.
Dengan mekanisme itu, gas bisa membangkitkan listrik saat beban puncak sebesar 470 MW. Proyek Gundih diharapkan menghemat pemakaian bahan bakar pembangkit PLN hingga Rp21,4 triliun per tahun.
Pewarta: Kelik Dewanto
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2014
Tags: