UI nyatakan perempuan mampu jadi pemimpin pembangunan berkelanjutan
29 Mei 2024 16:20 WIB
Sekretaris Universitas Indonesia (UI) dr Agustin Kusumayati saat ditemui usai menjadi pembicara utama dalam Indonesia Women Leaders' Forum 2024 di Jakarta, Rabu (29/5/2024). ANTARA/Lintang Budiyanti Prameswari.
Jakarta (ANTARA) - Sekretaris Universitas Indonesia (UI) dr Agustin Kusumayati menyatakan bahwa perempuan mampu menjadi pemimpin untuk pembangunan yang berkelanjutan, salah satunya melalui pemberdayaan komunitas di lingkungan sekitar.
“Salah satu anggota pengajian di Bogor, dekat rumah saya, bercerita kalau di pengajiannya itu mereka adalah pejuang receh, jadi mereka mengumpulkan sampah, termasuk jelantah -bekas penggorengan- untuk didaur ulang, dan menghasilkan uang, bahkan sampai bisa menyekolahkan anaknya. Bisa kita lihat bahwa di level akar rumput saja, perempuan sudah menjadi pemimpin,” katanya pada acara Indonesia Women Leaders' Forum 2024 di Jakarta, Rabu.
Agustin mengemukakan, para perempuan pejuang receh seperti itulah yang justru dapat memberikan kontribusi yang luar biasa untuk kesejahteraan keluarga sekaligus menggerakkan perekonomian lokal.
“Mereka berbagi, berkumpul, mengaji, setelah itu mendaur ulang sampah. Jadi, segala macam bentuk kegiatan ekonomi di tingkat paling bawah itu tujuannya adalah untuk kesejahteraan keluarganya, ini sangat positif untuk pembangunan berkelanjutan,” katanya.
Ia juga menyebutkan, peran dan kontribusi perempuan sangat penting, mengingat saat ini, jumlah penduduk perempuan di Indonesia hampir 50 persen.
“Kalau perempuan tidak berkontribusi, tidaklah mungkin Indonesia akan maju. Percaya saya. Kalau perempuan tidak berkontribusi, tidak mungkin Indonesia bisa tumbuh dengan senang dan berkecukupan,” katanya.
Ia juga mengapresiasi kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh UI Leadership Development Center untuk mendukung kepemimpinan perempuan di berbagai bidang secara berkelanjutan, termasuk di bidang lingkungan, salah satunya terkait pengelolaan sampah.
“Pengelolaan sampah yang baik mulainya di mana? Di rumah tangga, dan siapa yang melakukan? Perempuan. Jadi, dimulai dengan pemilahan, kemudian membuangnya pada tempat yang sesuai, sampai pada pengelolaan sampah lebih lanjut,” katanya.
Menurutnya, pengelolaan sampah dan lingkungan menjadi kunci untuk masa depan yang lebih baik demi generasi mendatang.
“Kita harus mampu mengendalikan diri kita untuk mengelola dan menata segala sesuatu yang supaya berkesinambungan puluhan tahun ke depan, agar anak, cucu, cicit kita tetap hidup dengan masa depan yang lebih baik,” katanya.
“Salah satu anggota pengajian di Bogor, dekat rumah saya, bercerita kalau di pengajiannya itu mereka adalah pejuang receh, jadi mereka mengumpulkan sampah, termasuk jelantah -bekas penggorengan- untuk didaur ulang, dan menghasilkan uang, bahkan sampai bisa menyekolahkan anaknya. Bisa kita lihat bahwa di level akar rumput saja, perempuan sudah menjadi pemimpin,” katanya pada acara Indonesia Women Leaders' Forum 2024 di Jakarta, Rabu.
Agustin mengemukakan, para perempuan pejuang receh seperti itulah yang justru dapat memberikan kontribusi yang luar biasa untuk kesejahteraan keluarga sekaligus menggerakkan perekonomian lokal.
“Mereka berbagi, berkumpul, mengaji, setelah itu mendaur ulang sampah. Jadi, segala macam bentuk kegiatan ekonomi di tingkat paling bawah itu tujuannya adalah untuk kesejahteraan keluarganya, ini sangat positif untuk pembangunan berkelanjutan,” katanya.
Ia juga menyebutkan, peran dan kontribusi perempuan sangat penting, mengingat saat ini, jumlah penduduk perempuan di Indonesia hampir 50 persen.
“Kalau perempuan tidak berkontribusi, tidaklah mungkin Indonesia akan maju. Percaya saya. Kalau perempuan tidak berkontribusi, tidak mungkin Indonesia bisa tumbuh dengan senang dan berkecukupan,” katanya.
Ia juga mengapresiasi kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh UI Leadership Development Center untuk mendukung kepemimpinan perempuan di berbagai bidang secara berkelanjutan, termasuk di bidang lingkungan, salah satunya terkait pengelolaan sampah.
“Pengelolaan sampah yang baik mulainya di mana? Di rumah tangga, dan siapa yang melakukan? Perempuan. Jadi, dimulai dengan pemilahan, kemudian membuangnya pada tempat yang sesuai, sampai pada pengelolaan sampah lebih lanjut,” katanya.
Menurutnya, pengelolaan sampah dan lingkungan menjadi kunci untuk masa depan yang lebih baik demi generasi mendatang.
“Kita harus mampu mengendalikan diri kita untuk mengelola dan menata segala sesuatu yang supaya berkesinambungan puluhan tahun ke depan, agar anak, cucu, cicit kita tetap hidup dengan masa depan yang lebih baik,” katanya.
Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: M. Tohamaksun
Copyright © ANTARA 2024
Tags: