Jakarta (ANTARA) - Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengajak seluruh petani di Indonesia yang telah mendapatkan bantuan alat mesin pertanian berupa mesin pompa air sebagai upaya mendukung pompanisasi, agar memanfaatkannya semaksimal mungkin guna mengantisipasi musim kering.

“Kami berharap para petani di seluruh daerah untuk memanfaatkan program pompanisasi yang disiapkan pemerintah dalam mengantisipasi musim kering panjang,” kata Amran dalam keterangan di Jakarta, Rabu.

Amran menyampaikan bahwa Kementerian Pertanian terus melakukan upaya antisipasi kondisi musim kering melalui pemenuhan air dengan program dan solusi cepat pompanisasi yang diambil dari sungai-sungai besar Indonesia.

Menurut Mentan, cara itu terbukti mampu meningkatkan produktivitas sehingga pangan dalam negeri dalam posisi aman. Kemudian dengan pompanisasi bisa memperkuat perekonomian desa menjadi lebih kuat dan produktif.

"Satu pompa bisa melayani 50 sampai 100 hektar, bayangkan kalau 10.000 pompa bisa melayani 50 hektare saja per pompa, itu artinya bisa 500.000 hektare. Dan kalau 500.000 hektare ini bisa menghasilkan 1,5 juta ton, itu berarti akan meningkatkan pendapatan petani Rp15 triliun per tahun. Artinya apa? ekonomi bergerak di desa," jelasnya.

Kementerian Pertanian menyebutkan realisasi pengadaan pompa air sudah mencapai 19.885 unit dari total rencana pengadaan 2024 sebanyak 25.771 unit.

Amran mengatakan, program pompanisasi merupakan salah satu langkah dari Kementan untuk mempercepat peningkatan produksi padi dan jagung melalui optimalisasi lahan rawa (oplah) dan peningkatan indeks pertanaman (IP) padi pada lahan sawah tadah hujan.

Sementara itu, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengingatkan pentingnya pengisian air bagi lahan-lahan pertanian Indonesia terutama di sejumlah zona kering seperti pulau jawa, NTB, NTT dan sebagian Pulau Sulawesi.

Menurut Dwikorita, posisi Indonesia akan memasuki musim kering panjang yang akan dilalui dalam beberapa bulan ke depan. Meski demikian, dia menjelaskan tahun ini tidak akan ada El Nino karena di sebagian wilayah mulai turun hujan.

"Tidak ada El Nino bukan berarti kita abai dengan kekeringan. Kita tetap harus waspada dengan memenuhi kebutuhan air bagi lahan-lahan pertanian," ujar Dwikorita.

Ia mengatakan, saat ini sesuai dengan prediksi BMKG sebagian wilayah Indonesia sudah memasuki musim kemarau hingga 19 persen. Bahkan di Sulawesi sifat kekeringan lebih tajam dari kekeringan sebelumnya.

"Sifat hujan di zona kemarau ini terutama di sebagian Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat dan timur. Sementara di Sulawesi sifat hujannya lebih kering dari kemaraunya," katanya.

Dia mengimbau para petani dan masyarakat pada umumnya dapat melakukan penampungan air atau memanen ari dengan cara menyimpannya di tandon atau waduk kecil sehingga bisa dialirkan ke lahan pertanian maupun penggunaan lainnya.

"Mohon kepada masyarakat agar melakukan panen hujan yang ada dengan tandon atau embung. Semoga musim kering ini bisa kita lalui dengan sikap waspada dan juga siaga agar jangan menimbulkan bencana apapun," imbuh Dwikorita.

Baca juga: Mentan ingatkan distributor dan pengecer pupuk tidak mainkan harga
Baca juga: Kementan siapkan pompanisasi untuk daerah kering hadapi musim kemarau
Baca juga: Kementan kawal percepatan tanam padi musim tanam Mei 2024 di Bantul