Oposisi Bangladesh serukan pemogokan setelah pemungutan suara
6 Januari 2014 04:21 WIB
Polisi mengawal anggota komite tetap Partai Nasionalis Bangladesh (BNP) MK Anwar (kiri), Rafiqul Islam Mia (tengah) dan Moudud Ahmed setelah keluar dari gedung pengadilan usai sidang di Dhaka, Sabtu (9/11). Partai oposisi tersebut mengumumkan mogok nasional 84 jam, dimulai hari Minggu, setelah polisi menangkap pemimpin BNP, memicu aksi protes penuh kekerasan di seluruh negeri. (REUTERS/Andrew Biraj)
Dhaka (ANTARA News) - Oposisi Bangladesh pada Minggu menyerukan pemogokan massal selama 48 jam untuk memprotes pembunuhan beberapa pendukungnya oleh polisi selama pemilihan umum yang dinodai oleh kekerasan.
Partai Nasionalis Bangladesh (BNP) mengatakan pemogokan akan dimulai pada Senin pagi, dan secara efektif memperpanjang aksi protes yang sudah berlangsung sepanjang akhir pekan ini, sebagai bagian dari kampanye untuk merusak pemilu pada Minggu, lapor AFP.
"Kami menyerukan pemogokan untuk meminta pemerintah menyatakan bahwa pemilu aneh itu batal dan tidak memiliki kekuatan hukum," kata juru bicara BNP Sayrul Kabir kepada kantor berita AFP.
"Kami juga memprotes kematian 22 pendukung kami dalam penembakan polisi selama pemungutan suara hari ini," kata dia.
Menurut polisi, setidaknya 15 orang tewas dalam kekerasan selama pemungutan suara, sebagian besar adalah pegiat oposisi yang ditembak mati saat mencoba mengganggu jalannya pemilu.
Seorang petugas pemilu dan penjaga keamanan juga dipukuli hingga tewas oleh pengunjuk rasa oposisi, kata polisi.
BNP dan 20 partai lain memboikot pemilu setelah Perdana Menteri Sheikh Hasina menolak permintaan mereka agar pemilu tersebut dipantau oleh pemerintah sementara yang netral.
Partai Hasina, Liga Awami dipastikan menggenggam kemenangan karena anggota partai dan sekutunya menghadapi jalan mulus untuk menang di 153 dari 300 daerah pemilihan.
Penerjemah: Sri Haryati
Partai Nasionalis Bangladesh (BNP) mengatakan pemogokan akan dimulai pada Senin pagi, dan secara efektif memperpanjang aksi protes yang sudah berlangsung sepanjang akhir pekan ini, sebagai bagian dari kampanye untuk merusak pemilu pada Minggu, lapor AFP.
"Kami menyerukan pemogokan untuk meminta pemerintah menyatakan bahwa pemilu aneh itu batal dan tidak memiliki kekuatan hukum," kata juru bicara BNP Sayrul Kabir kepada kantor berita AFP.
"Kami juga memprotes kematian 22 pendukung kami dalam penembakan polisi selama pemungutan suara hari ini," kata dia.
Menurut polisi, setidaknya 15 orang tewas dalam kekerasan selama pemungutan suara, sebagian besar adalah pegiat oposisi yang ditembak mati saat mencoba mengganggu jalannya pemilu.
Seorang petugas pemilu dan penjaga keamanan juga dipukuli hingga tewas oleh pengunjuk rasa oposisi, kata polisi.
BNP dan 20 partai lain memboikot pemilu setelah Perdana Menteri Sheikh Hasina menolak permintaan mereka agar pemilu tersebut dipantau oleh pemerintah sementara yang netral.
Partai Hasina, Liga Awami dipastikan menggenggam kemenangan karena anggota partai dan sekutunya menghadapi jalan mulus untuk menang di 153 dari 300 daerah pemilihan.
Penerjemah: Sri Haryati
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014
Tags: