Jakarta (ANTARA) - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melalui Survei Orientasi Bisnis Perbankan triwulan II-2024 menyatakan, industri real estat dan properti di Indonesia diyakini tumbuh positif pada 2024.

"Industri real estat dan properti di Indonesia pada tahun 2024 juga diyakini masih akan tumbuh positif seiring dengan permintaan yang terjaga di tengah perbaikan daya beli," kata Kepala Departemen Literasi, Inklusi Keuangan, dan Komunikasi OJK Aman Santosa di Jakarta, Rabu.

Dari hasil survei, juga diperoleh informasi mengenai dampak permasalahan sektor properti dan real estat di beberapa negara bagi bank-bank di Indonesia yang mana diyakini tidak akan memberikan dampak signifikan baik langsung maupun tidak langsung.

Baca juga: BI: Harga properti residensial meningkat pada triwulan I-2024

Aman menuturkan survei yang melibatkan 95 bank responden tersebut menunjukkan optimisme kenaikan pertumbuhan kredit pada triwulan II-2024 didorong ekspektasi pertumbuhan ekonomi domestik yang membaik setelah Pemilihan Umum (Pemilu) 2024, momentum Hari Raya Idul Fitri, dan banyaknya hari libur sepanjang April hingga Juni yang meningkatkan konsumsi masyarakat, serta masih terjaganya daya beli masyarakat.

Dari sisi penghimpunan dana, responden memperkirakan bahwa pada triwulan II-2024, dana pihak ketiga (DPK) juga akan tumbuh meningkat sejalan dengan kegiatan ekonomi yang semakin membaik, usaha bank memperoleh sumber dana untuk mendukung pertumbuhan kredit, dan adanya dana pemerintah yang masuk pada bank daerah.

Pada Survei Orientasi Bisnis Perbankan tersebut, OJK juga menghimpun informasi terkait prospek penyaluran Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) ke depan yang diyakini masih akan tumbuh meskipun sempat melambat pada awal 2024 karena dipengaruhi oleh situasi politik yang belum menentu, sehingga membuat nasabah cenderung wait and see serta menahan diri untuk melakukan pembelian kendaraan bermotor.

Baca juga: OJK: Optimisme perbankan meningkat di tengah ketidakpastian global

Hal yang mendasari keyakinan mayoritas bahwa prospek pertumbuhan KKB ke depan cukup tinggi antara lain dikarenakan potensi pasar otomotif di Indonesia yang masih sangat besar didukung oleh pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi.

Hal tersebut diyakini akan mendorong peningkatan konsumsi masyarakat yang mana akan berdampak juga terhadap penjualan kendaraan bermotor.