"Tanpa arsip yang terjaga, sistem pemerintahan dan kenegaraan tidak dapat berlanjut," ujarnya dalam Rakornas Hari Kearsipan Nasional ke-53 di Samarinda, Kaltim, Selasa.
Baca juga: Presiden Soekarno: Revolusi kita belum selesai
Pertemuan ini, katanya, juga bertujuan untuk memberikan penghargaan kepada lembaga dan individu yang telah menunjukkan kinerja kearsipan yang baik. Penghargaan ini merupakan apresiasi atas capaian dalam satu tahun dan menjadi fondasi penting untuk pembangunan kearsipan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) ke depan.
Ia menyatakan, dengan meningkatnya kesadaran kearsipan di kalangan pimpinan, pegawai, dan masyarakat, masih diperlukan usaha lebih keras lagi.
"Pengaruh materialisme dan globalisasi kadang-kadang membuat kearsipan terlupakan. Pertemuan ini diharapkan dapat mengingatkan para pegiat kearsipan untuk lebih bergiat lagi," ungkap Imam.
"Harapan utama dari pertemuan ini adalah terciptanya sinergi antara pusat dan daerah. Dari Sabang sampai Merauke, kita memiliki sejarah yang sama. Pertemuan ini diharapkan dapat membentuk visi, misi, dan memori kolektif bersama secara nasional," tutur Imam.
Rakornas kearsipan ini telah berlangsung setiap tahun, di mana para kepala dinas dan kepala-kepala bidang berkumpul untuk menentukan tuan rumah peringatan Hari Kearsipan selanjutnya.
Baca juga: Rakornas HKN 2024 di Kaltim pertajam pengelolaan kearsipan Indonesia
Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kaltim Muhammad Syafranuddin melakukan inisiatif yang bertujuan untuk meningkatkan semangat kebersamaan dan apresiasi terhadap warisan lokal sebagai tuan rumah kepada para tamu dari luar daerah.
"Kami ingin menciptakan momentum baru dalam pertemuan demi pertemuan, di mana ada semangat yang tumbuh antartamu luar daerah dan lokal. Seperti tamu dari Jawa bertemu Sulawesi, kami ingin pertemuan ini menjadi lebih berarti," ujar Syafranuddin yang biasa disapa Ivan.
Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kaltim telah menyiapkan 1.300 anjat, tas tradisional yang dilengkapi dengan batik khas daerah, sebagai bagian dari upaya untuk mempromosikan budaya lokal. Bagi Ivan, anjat tidak hanya sekadar tas, tetapi juga berisi kain batik khas Kaltim, simbol dari kekayaan budaya.
Baca juga: Tugas Pemerintah R.I. di Irian Barat