Ekonom sebut pengembangan SDM penting untuk penguatan daya saing
27 Mei 2024 23:58 WIB
Kepala Center of Digital Economy and Small and Micro Enterprises (SMEs) INDEF Eisha Maghfiruha menyampaikan pemaparannya dalam diskusi daring INDEF dan Universitas Paramadina di Jakarta, Senin (27/5/2024). ANTARA/Uyu Septiyati Liman.
Jakarta (ANTARA) - Kepala Center of Digital Economy and Small and Micro Enterprises (SMEs) INDEF Eisha Maghfiruha menuturkan bahwa peningkatan keterampilan sumber daya manusia (SDM) merupakan hal yang penting untuk memperkuat daya saing Indonesia.
“Keterampilan pekerja, bagaimana mereka bisa menggunakan teknologi, capital (barang modal) mesin, peralatan, dan lain-lain, intinya yang dibutuhkan adalah tenaga kerja produktif,” ujar Eisha Maghfiruha di Jakarta, Senin.
Ia pun mengatakan bahwa pendidikan tinggi penting untuk membentuk SDM yang mumpuni sesuai dengan kebutuhan pasar serta dapat mendukung pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
Menurutnya, angkatan kerja yang terampil dibutuhkan untuk mengoptimalkan berbagai sumber daya baru bagi pertumbuhan ekonomi nasional, seperti ekonomi hijau, teknologi dan inovasi, ekonomi digital, serta energi terbarukan, agar dapat meningkatkan daya saing bangsa.
Ekonom Universitas Paramadina Handi Risza menyatakan bahwa hanya 6-7 persen warga Indonesia yang pernah mengenyam pendidikan hingga perguruan tinggi. Hal tersebut pun membuat kualitas SDM Indonesia tertinggal dari negara-negara tetangga.
Ia menuturkan bahwa berdasarkan Human Capital Index yang dirilis oleh Bank Dunia, indeks sumber daya manusia di Singapura, Malaysia, dan Thailand, kini jauh di atas Indonesia.
Untuk mengatasi hal tersebut, ia menyatakan bahwa kuncinya adalah pembangunan sumber daya manusia secara optimal bersamaan dengan pengembangan sektor industri, pertanian, dan lainnya.
“Benar-benar harus paralel ini proses pembangunan yang kita harus lakukan, mulai dari SDM, penguatan atau pendalaman industri, sektor pertanian, dan lain sebagainya,” kata Handi.
Ia menyampaikan bahwa pada masa Presiden B. J. Habibie, Indonesia pernah menerapkan strategi pembangunan yang mirip dengan Jepang, Korea Selatan, dan China, yakni berfokus pada pengembangan SDM.
“Tapi, problem di kita ini adalah konsistensi dan kontinuitas dari sebuah kebijakan yang tidak bertahan lama,” ucapnya.
Handi pun mengatakan bahwa konsistensi kebijakan penting untuk mendukung kesuksesan pembangunan sumber daya manusia nasional.
“Silakan dirancang (suatu kebijakan pengembangan SDM nasional) mulai dari jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang,” imbuhnya.
Baca juga: Kemnaker gandeng lembaga internasional tingkatkan kompetensi SDM naker
Baca juga: Pengamat: Penting kemitraan dengan perusahaan teknologi di bidang SDM
Baca juga: Kemenperin jalin kerja sama pengembangan SDM di Hannover Messe 2024
“Keterampilan pekerja, bagaimana mereka bisa menggunakan teknologi, capital (barang modal) mesin, peralatan, dan lain-lain, intinya yang dibutuhkan adalah tenaga kerja produktif,” ujar Eisha Maghfiruha di Jakarta, Senin.
Ia pun mengatakan bahwa pendidikan tinggi penting untuk membentuk SDM yang mumpuni sesuai dengan kebutuhan pasar serta dapat mendukung pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
Menurutnya, angkatan kerja yang terampil dibutuhkan untuk mengoptimalkan berbagai sumber daya baru bagi pertumbuhan ekonomi nasional, seperti ekonomi hijau, teknologi dan inovasi, ekonomi digital, serta energi terbarukan, agar dapat meningkatkan daya saing bangsa.
Ekonom Universitas Paramadina Handi Risza menyatakan bahwa hanya 6-7 persen warga Indonesia yang pernah mengenyam pendidikan hingga perguruan tinggi. Hal tersebut pun membuat kualitas SDM Indonesia tertinggal dari negara-negara tetangga.
Ia menuturkan bahwa berdasarkan Human Capital Index yang dirilis oleh Bank Dunia, indeks sumber daya manusia di Singapura, Malaysia, dan Thailand, kini jauh di atas Indonesia.
Untuk mengatasi hal tersebut, ia menyatakan bahwa kuncinya adalah pembangunan sumber daya manusia secara optimal bersamaan dengan pengembangan sektor industri, pertanian, dan lainnya.
“Benar-benar harus paralel ini proses pembangunan yang kita harus lakukan, mulai dari SDM, penguatan atau pendalaman industri, sektor pertanian, dan lain sebagainya,” kata Handi.
Ia menyampaikan bahwa pada masa Presiden B. J. Habibie, Indonesia pernah menerapkan strategi pembangunan yang mirip dengan Jepang, Korea Selatan, dan China, yakni berfokus pada pengembangan SDM.
“Tapi, problem di kita ini adalah konsistensi dan kontinuitas dari sebuah kebijakan yang tidak bertahan lama,” ucapnya.
Handi pun mengatakan bahwa konsistensi kebijakan penting untuk mendukung kesuksesan pembangunan sumber daya manusia nasional.
“Silakan dirancang (suatu kebijakan pengembangan SDM nasional) mulai dari jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang,” imbuhnya.
Baca juga: Kemnaker gandeng lembaga internasional tingkatkan kompetensi SDM naker
Baca juga: Pengamat: Penting kemitraan dengan perusahaan teknologi di bidang SDM
Baca juga: Kemenperin jalin kerja sama pengembangan SDM di Hannover Messe 2024
Pewarta: Uyu Septiyati Liman
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2024
Tags: