Jerusalem (ANTARA News) - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Kamis, menyampaikan keraguannya mengenai komitmen Palestina bagi proses perdamaian.

Pernyataan Netanyahu tersebut disampaikan sebelum pertemuannya dengan Menteri Luar Negeri AS John Kerry.

Netanyahu dan Kerry, masing-masing, mengeluarkan pernyataan singkat sebelum pertemuan mereka di Kantor Perdana Menteri di Jerusalem, dua jam setelah Menteri Luar Negeri AS tersebut mendarat di Israel dalam upaya menyelamatkan pembicaraan perdamaian --yang macet.

"Mengingat tindakan dan ucapan para pemimpin Palestina, kami memiliki keraguan di Israel bahwa mereka berkomitmen pada perdamaian," kata Netanyahu --yang mengarahkan tudingannya kepada Presiden Palestina Mahmoud Abbas karena ia tidak mengutuk serangan gerilyawan terhadap warga Israel dalam beberapa pekan belakangan.

"Perdamaian berarti mengakui Israel sebagai negara bangsa Yahudi," kata Netanyahu, sebagaimana dikutip Xinhua.

Sebelumnya dalam taklimat yang dituan-rumahi oleh Kementerian Pembangunan Negev dan Galilee di Kota Tiberias, bagian utara Tepi Barat Sungai Jordan, Netanyahu mengatakan, "Perdamaian hanya akan terwujud ketika kepentingan permukiman dan keamanan kami terjamin."

Kesepakatan perdamaian yang mungkin dicapai antara Israel dan Palestina tergantung atas terjaminnya "kepentingan permukiman dan keamanan" Israel, kata Netanyahu, Selasa (31/12).

Itu adalah untuk pertama kali Netanyahu menambahkan permukiman di Tepi Barat ke dalam tuntutan yang sering disampaikannya bagi jaminan keamanan kuat bagi penandatanganan kesepakatan perdamaian.

Pernyataan tersebut dikeluarkan saat Menteri Luar Negeri AS John Kerry dijadwalkan tiba di wilayah itu pada Kamis guna memajukan upaya untuk mewujudkan perdamaian.

Pada Minggu (29/12), anggota Partai Likud di Komite Kementerian mengenai Peraturan memberi suara yang mendukung rancangan undang-undang yang kontroversial untuk mencaplok Lembah Jordan. Tindakan tersebut memicu kemarahan rakyat Palestina dan faksi oposisi yang condong ke kiri di Parlemen Israel.

Sementara itu, Kerry mengatakan kedua pihak menghadapi pilihan yang sulit dalam beberapa pekan ke depan mengingat masalah yang dihadapi dalam perundingan.

"Kami mengetahui apa masalah yang ada dan parameternya," kata Kerry. "Saatnya akan segera tiba ketika para pemimpin harus membuat keputusan yang berat."

Kerry mengatakan selama tiga hari berikutnya ia akan "bekerja sama dengan kedua pihak untuk mempersempit perbedaan mengenai kerangka kerja yang akan menetapkan panduan bagi perundingan. Kerangka kerja tersebut akan menangani semua masalah inti. Peran saya ialah memfasilitasi gagasan kedua pihak mengenai topik ini."

Kerry dijadwalkan bertemu dengan Abbas pada Jumat malam dan Sabtu pagi waktu setempat, dan bertemu dengan Netanyahu lagi pada Jumat sore.

Jika diperlukan, Kerry akan mengadakan pertemuan lebih lanjut dengan kedua pemimpin tersebut pada Minggu.

Pembicaraan perdamaian antara Israel dan Palestina dilanjutkan kembali pada Juli, setelah macet selama tiga tahun.

(C003)