Remaja kerap jadi korban misinformasi terkait kesehatan seksual
25 Mei 2024 13:47 WIB
Fasilitator Lembaga Rumah Generasi memberikan sosialisasi Hak Kesehatan seksual dan reproduksi bagi siswa kebutuhan khusus di SLB Karya Kasih Gonzalo kota Ambon. ANTARA/Ho- Istimewa.
Jakarta (ANTARA/JACX)- Akademis dari Program Magister Ilmu Komunikasi Binus Graduate Program Dr Viriena Puspita mengatakan remaja kerap menjadi korban dari misinformasi yang berkaitan dengan kesehatan seksual dan reproduksi.
“Banyak remaja di Indonesia, termasuk di Kampung KB Kecamatan Ciawi, Bogor, memiliki pengetahuan yang terbatas mengenai kesehatan seksual dan reproduksi. Mereka sering mendapatkan informasi dari sumber yang tidak dapat diandalkan, seperti teman sebaya, media sosial, dan internet, yang dapat menyebarkan informasi yang salah,” ujar Viriena di Jakarta, Sabtu.
Dia menambahkan survei awal oleh OnTrackMedia Indonesia (OTMI) pada tahun 2014 menunjukkan adanya praktik seksual tidak aman di kalangan pelajar SMP berusia 13-14 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa remaja sering kali tidak memiliki akses ke informasi yang benar dan akurat mengenai cara melindungi diri mereka sendiri.
Selain itu, sebanyak 46,1 persen perempuan Indonesia mengalami kehamilan pertama sebelum usia 20 tahun. Kehamilan remaja di Indonesia sangat terkait dengan pernikahan pada usia anak-anak dan sering terjadi akibat kurangnya pengetahuan dan misinformasi tentang kesehatan seksual dan reproduksi.
“Misinformasi dapat menyebabkan kehamilan yang tidak diinginkan,” jelas dia.
Selain itu, remaja juga merasa malu atau takut untuk bertanya tentang kesehatan seksual dan reproduksi kepada orang tua atau guru karena topik ini dianggap tabu. Hal itu memperburuk keadaan karena remaja lebih cenderung mencari jawaban dari film, internet, dan teman-teman sebaya yang juga mungkin tidak memiliki informasi yang akurat.
“Akibat kurangnya akses atas informasi yang akurat, positif, dan inklusif mengenai kesehatan seksual dan reproduksi, sehingga remaja mempercayai mitos yang cenderung tidak benar,” terang dia lagi.
Oleh karena itu, dalam upaya membantu program pemerintah mengurangi disparitas kualitas kesehatan dan perencanaan keluarga sejahtera di Indonesia, Program Magister Ilmu Komunikasi Binus Graduate Program Jakarta menginisiasi Proyek Inisiatif Literasi Digital 5.0++ lintas lini. Kegiatan dilaksanakan di Desa Banjarwangi, Ciawi, Bogor.
Proyek itu bertujuan untuk memperbaiki kualitas hidup di Kampung KB sesuai dengan target 37 dari Sustainable Development Goals (SDGs), yang berhubungan dengan kesehatan seksual dan reproduksi, termasuk informasi dan pendidikan.
Baca juga: Vaksin HPV picu menopause dini pada anak perempuan, benarkah?
“Banyak remaja di Indonesia, termasuk di Kampung KB Kecamatan Ciawi, Bogor, memiliki pengetahuan yang terbatas mengenai kesehatan seksual dan reproduksi. Mereka sering mendapatkan informasi dari sumber yang tidak dapat diandalkan, seperti teman sebaya, media sosial, dan internet, yang dapat menyebarkan informasi yang salah,” ujar Viriena di Jakarta, Sabtu.
Dia menambahkan survei awal oleh OnTrackMedia Indonesia (OTMI) pada tahun 2014 menunjukkan adanya praktik seksual tidak aman di kalangan pelajar SMP berusia 13-14 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa remaja sering kali tidak memiliki akses ke informasi yang benar dan akurat mengenai cara melindungi diri mereka sendiri.
Selain itu, sebanyak 46,1 persen perempuan Indonesia mengalami kehamilan pertama sebelum usia 20 tahun. Kehamilan remaja di Indonesia sangat terkait dengan pernikahan pada usia anak-anak dan sering terjadi akibat kurangnya pengetahuan dan misinformasi tentang kesehatan seksual dan reproduksi.
“Misinformasi dapat menyebabkan kehamilan yang tidak diinginkan,” jelas dia.
Selain itu, remaja juga merasa malu atau takut untuk bertanya tentang kesehatan seksual dan reproduksi kepada orang tua atau guru karena topik ini dianggap tabu. Hal itu memperburuk keadaan karena remaja lebih cenderung mencari jawaban dari film, internet, dan teman-teman sebaya yang juga mungkin tidak memiliki informasi yang akurat.
“Akibat kurangnya akses atas informasi yang akurat, positif, dan inklusif mengenai kesehatan seksual dan reproduksi, sehingga remaja mempercayai mitos yang cenderung tidak benar,” terang dia lagi.
Oleh karena itu, dalam upaya membantu program pemerintah mengurangi disparitas kualitas kesehatan dan perencanaan keluarga sejahtera di Indonesia, Program Magister Ilmu Komunikasi Binus Graduate Program Jakarta menginisiasi Proyek Inisiatif Literasi Digital 5.0++ lintas lini. Kegiatan dilaksanakan di Desa Banjarwangi, Ciawi, Bogor.
Proyek itu bertujuan untuk memperbaiki kualitas hidup di Kampung KB sesuai dengan target 37 dari Sustainable Development Goals (SDGs), yang berhubungan dengan kesehatan seksual dan reproduksi, termasuk informasi dan pendidikan.
Baca juga: Vaksin HPV picu menopause dini pada anak perempuan, benarkah?
Pewarta: Tim JACX
Editor: Indriani
Copyright © ANTARA 2024
Tags: