Pada Desember, Pyongyang menyatakan tekad untuk meluncurkan tiga satelit mata-mata lagi tahun ini, sebulan setelah berhasil menempatkan satelit pertamanya ke orbit.
Sementara pada awal tahun ini, Menteri Pertahanan Korsel Shin Won-sik mengatakan kepada wartawan bahwa satelit mata-mata Malligyong-1 milik Korut tampaknya mengorbit Bumi tanpa aktivitas.
Tanda-tanda persiapan peluncuran satelit mata-mata militer Korut, menurut pejabat tersebut, terdeteksi baru-baru ini di wilayah Tongchang-ri.
"Otoritas intelijen Korea Selatan dan Amerika Serikat terus memantau dan melacak aktivitas terkait,” kata pejabat itu, yang melekat pada Kepala Staf Gabungan militer Korsel.
Korea Utara melakukan ketiga peluncuran satelitnya pada tahun lalu dari stasiun peluncuran satelit milik mereka di provinsi barat laut Pyongan Utara, Tongchang-ri.
Meskipun militer terus-menerus mendeteksi aktivitas personel, kendaraan, dan peralatan di lokasi peluncuran, skalanya tampaknya semakin besar akhir-akhir ini.
Peralatan yang digunakan untuk mengukur dan menilai lintasan peluncuran roket luar angkasa dikatakan telah terdeteksi di lokasi tersebut.
Militer Korsel saat ini memperkuat pengawasan dan pemantauan di wilayah tersebut, yang diiringi dengan persiapan untuk mencegat kendaraan peluncuran Korea Utara jika memasuki wilayah udara Korea Selatan, kata pejabat tersebut.
Jika Korea Utara tetap melanjutkan peluncurannya, mereka kemungkinan akan memberi tahu Jepang mengenai jadwalnya seperti yang dilakukan sebelum ketiga peluncuran satelitnya tahun lalu, ujar sang pejabat.
Dugaan persiapan tersebut muncul saat para pemimpin Korea Selatan, China, dan Jepang akan mengadakan pertemuan puncak trilateral di Seoul pada Senin (27/5) untuk pertama kalinya dalam 4,5 tahun.
Rencana pertemuan itu menimbulkan spekulasi bahwa Korea Utara kemungkinan akan mengatur waktu peluncurannya bertepatan dengan pertemuan tersebut untuk memaksimalkan potensi dampak politik.
Korsel, AS, dan negara-negara lain mengecam peluncuran roket luar angkasa yang dilakukan Korea Utara.
Mereka menyebut tindakan itu sebagai pelanggaran terhadap resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang melarang peluncuran rudal balistik, karena peluncuran itu menggunakan teknologi yang sama.
Sumber: Yonhap-OANA
Baca juga: Korut kerahkan peluncur roket baru untuk tentara mulai tahun ini
Baca juga: Korut kecam AS karena mencari alternatif sanksi nuklir PBB