Bhikkuni ajak semua umat dukung pemimpin baru demi kemajuan bersama
23 Mei 2024 22:52 WIB
Bhikkhuni Santini Mahatheri ditemui usai perayaan Waisak 2568 TB di Vihara Aryadwipa Arama, Jakarta, pada Kamis (23/5/2024). (ANTARA/Lintang Budiyanti Prameswari)
Jakarta (ANTARA) - Ketua Sangha Bhikkhuni Theravada Indonesia YM Bhikkhuni Santini Mahatheri mengajak semua umat untuk mendukung pemimpin baru usai Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 demi kemajuan bersama pada perayaan Waisak 2568 TB.
"Kita semua kan berkontribusi untuk memilih pemimpin yang terbaik, menurut pendapat dan pandangan kita, siapapun yang terpilih pada akhirnya kita harus mendukung semua program-programnya untuk kepentingan dan kemajuan bersama," katanya saat ditemui di Vihara Aryadwipa Arama, Jakarta, Kamis malam.
Ia juga mengemukakan bahwa sosok pemimpin harus mampu membawa masyarakat untuk keluar dari tiga akar kejahatan, yakni lobha, dosa, dan moha.
Baca juga: Bhikkuni berpesan agar umat Buddha cabut tiga akar kejahatan
"Itu yang namanya lobha, dosa, moha, masuk ke dalam kategori tiga akar kejahatan. Lobha itu keserakahan, dosa itu kebencian, moha itu kebodohan. Jadi karena keserakahan, kebencian, dan kebodohan kita bisa ribet dengan penderitaan," ujar dia.
Menurut dia, keserakahan dan kebencian dapat menimbulkan perpecahan, dan karena kebodohan dapat terjadi penindasan, serta kejahatan-kejahatan lainnya.
"Jadi kita harus bisa membebaskan diri dari itu," ucapnya.
Baca juga: Umat Buddha Jakarta kunjungi wihara tertua untuk rayakan Waisak
Adapun perayaan Waisak di Wihara Aryawipa Arama mengangkat tema "Dari Duka Menuju Bahagia".
Santini menyampaikan bahwa hadirnya Buddha dapat memberi pencerahan antarmanusia maupun terhadap dewa.
Puncak purnama pada perayaan Waisak terjadi pada pukul 20.52.42 WIB. Santini menjelaskan bahwa peristiwa tersebut penting menandakan kelahiran Pangeran Sidharta, kemudian Pangeran Sidharta menjadi Buddha, dan Buddha Parinibbana.
Baca juga: Menag: Jadikan Waisak momentum rajut kerukunan pascapemilu
Rangkaian perayaan Waisak kali ini diawali dengan Pradaksina, yaitu berkeliling memutari wihara sebanyak tiga kali, dengan objek penghormatan berada di sebelah kanan. Kemudian, dilanjutkan dengan Parita atau penghormatan kepada Buddha, Dharma, dan Sangha.
"Kita semua kan berkontribusi untuk memilih pemimpin yang terbaik, menurut pendapat dan pandangan kita, siapapun yang terpilih pada akhirnya kita harus mendukung semua program-programnya untuk kepentingan dan kemajuan bersama," katanya saat ditemui di Vihara Aryadwipa Arama, Jakarta, Kamis malam.
Ia juga mengemukakan bahwa sosok pemimpin harus mampu membawa masyarakat untuk keluar dari tiga akar kejahatan, yakni lobha, dosa, dan moha.
Baca juga: Bhikkuni berpesan agar umat Buddha cabut tiga akar kejahatan
"Itu yang namanya lobha, dosa, moha, masuk ke dalam kategori tiga akar kejahatan. Lobha itu keserakahan, dosa itu kebencian, moha itu kebodohan. Jadi karena keserakahan, kebencian, dan kebodohan kita bisa ribet dengan penderitaan," ujar dia.
Menurut dia, keserakahan dan kebencian dapat menimbulkan perpecahan, dan karena kebodohan dapat terjadi penindasan, serta kejahatan-kejahatan lainnya.
"Jadi kita harus bisa membebaskan diri dari itu," ucapnya.
Baca juga: Umat Buddha Jakarta kunjungi wihara tertua untuk rayakan Waisak
Adapun perayaan Waisak di Wihara Aryawipa Arama mengangkat tema "Dari Duka Menuju Bahagia".
Santini menyampaikan bahwa hadirnya Buddha dapat memberi pencerahan antarmanusia maupun terhadap dewa.
Puncak purnama pada perayaan Waisak terjadi pada pukul 20.52.42 WIB. Santini menjelaskan bahwa peristiwa tersebut penting menandakan kelahiran Pangeran Sidharta, kemudian Pangeran Sidharta menjadi Buddha, dan Buddha Parinibbana.
Baca juga: Menag: Jadikan Waisak momentum rajut kerukunan pascapemilu
Rangkaian perayaan Waisak kali ini diawali dengan Pradaksina, yaitu berkeliling memutari wihara sebanyak tiga kali, dengan objek penghormatan berada di sebelah kanan. Kemudian, dilanjutkan dengan Parita atau penghormatan kepada Buddha, Dharma, dan Sangha.
Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2024
Tags: