World Water Forum 2024
Kemen PUPR: World Water Forum hadirkan solusi bagi krisis air dan iklim
23 Mei 2024 17:54 WIB
Staf Khusus Menteri PUPR Bidang Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen PUPR) Firdaus Ali saat menyampaikan pemaparan dalam diskusi panel "Uplifting Indonesia’s Water Solution Through Innovation & Collaboration" di World Water Forum Ke-10 Bali, Kamis (23/5/2024). (ANTARA/Andi Firdaus).
Bali (ANTARA) - Staf Khusus Menteri PUPR Bidang Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Firdaus Ali menyebut krisis air dan iklim terjadi nyata di berbagai negara yang membutuhkan solusi dari para pemangku kepentingan global melalui World Water Forum Ke-10 di Bali.
"Kita sedang dalam situasi yang sedang tidak biasa. Di saat krisis air dan iklim masih jadi perdebatan, dalam beberapa pekan terakhir ini kita sedang menyaksikan tragedi air dan iklim yang sangat luar biasa," katanya saat membuka diskusi panel "Uplifting Indonesia’s Water Solution Through Innovation & Collaboration” di Bali, Kamis.
Ia mengatakan tragedi tersebut di antaranya banjir di Rio Grande do Sul, Brasil Selatan di awal April 2024 yang menewaskan 176 jiwa dan ratusan lainnya belum ditemukan.
"Belum pernah terjadi tragedi seburuk ini sejak negara itu ada. Selang beberapa hari kemudian terjadi tragedi di Provinsi Sumatera Barat, sebelumnya juga terjadi di Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan," katanya.
Bencana alam yang juga tidak biasa juga melanda Dubai pada April 2024 saat wilayah yang didominasi padang pasir itu diterjang banjir berskala masif.
"Bayangkan, di padang pasir terjadi banjir masif, di Pantai Timur Afrika, kemudian di Oman," katanya.
Dalam saat bersamaan, kata Firdaus, masyarakat juga merasakan krisis iklim ekstrem. Salah satunya temperatur udara yang mencapai 47,8 derajat Celcius.
Firdaus yang juga seorang pengajar, peneliti, serta pakar di bidang bioteknologi lingkungan menyebut bahwa 8 miliar populasi Bumi saat ini merupakan yang terbanyak menghuni planet ini.
"Beban populasi akibat krisis iklim akan memperburuk situasi ke depan. Makanya, kita siapkan forum di Bali ini dengan segala kepercayaan dan keyakinan, apa yang dibicarakan di Bali muncul solusi konkret," katanya.
KTT WWF Ke-10 Bali menghasilkan sejumlah kesepakatan di antaranya melestarikan, melindungi dan memanfaatkan sumber daya air secara berkelanjutan, termasuk berkelanjutan air tanah.
Memasukkan isu-isu air ke dalam rencana aksi, khususnya yang berkaitan dengan peningkatan air bersih, pembiayaan adaptasi terhadap perubahan iklim, pencegahan pencemaran udara, tanah, air, hilangnya keanekaragaman hayati dan penurunan jasa yang diberikan oleh ekosistem.
WWF juga menyepakati tindakan untuk mengurangi tekanan terhadap ketersediaan air, termasuk
dengan memperkuat akses terhadap air bersih dan sanitasi bagi semua orang, dan mendorong penguatan sumber daya air nasional terpadu.
WWF mengusulkan Hari Danau Sedunia dalam proses PBB untuk menyoroti peran danau alami dan buatan sebagai sumber daya air penting yang berkontribusi terhadap ketersediaan dan aksesibilitas air.
Baca juga: Bappenas soroti solusi berbasis alam untuk pelestarian sumber air
Baca juga: RI pelopori pusat keunggulan ketahanan air dan iklim yang terintegrasi
"Kita sedang dalam situasi yang sedang tidak biasa. Di saat krisis air dan iklim masih jadi perdebatan, dalam beberapa pekan terakhir ini kita sedang menyaksikan tragedi air dan iklim yang sangat luar biasa," katanya saat membuka diskusi panel "Uplifting Indonesia’s Water Solution Through Innovation & Collaboration” di Bali, Kamis.
Ia mengatakan tragedi tersebut di antaranya banjir di Rio Grande do Sul, Brasil Selatan di awal April 2024 yang menewaskan 176 jiwa dan ratusan lainnya belum ditemukan.
"Belum pernah terjadi tragedi seburuk ini sejak negara itu ada. Selang beberapa hari kemudian terjadi tragedi di Provinsi Sumatera Barat, sebelumnya juga terjadi di Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan," katanya.
Bencana alam yang juga tidak biasa juga melanda Dubai pada April 2024 saat wilayah yang didominasi padang pasir itu diterjang banjir berskala masif.
"Bayangkan, di padang pasir terjadi banjir masif, di Pantai Timur Afrika, kemudian di Oman," katanya.
Dalam saat bersamaan, kata Firdaus, masyarakat juga merasakan krisis iklim ekstrem. Salah satunya temperatur udara yang mencapai 47,8 derajat Celcius.
Firdaus yang juga seorang pengajar, peneliti, serta pakar di bidang bioteknologi lingkungan menyebut bahwa 8 miliar populasi Bumi saat ini merupakan yang terbanyak menghuni planet ini.
"Beban populasi akibat krisis iklim akan memperburuk situasi ke depan. Makanya, kita siapkan forum di Bali ini dengan segala kepercayaan dan keyakinan, apa yang dibicarakan di Bali muncul solusi konkret," katanya.
KTT WWF Ke-10 Bali menghasilkan sejumlah kesepakatan di antaranya melestarikan, melindungi dan memanfaatkan sumber daya air secara berkelanjutan, termasuk berkelanjutan air tanah.
Memasukkan isu-isu air ke dalam rencana aksi, khususnya yang berkaitan dengan peningkatan air bersih, pembiayaan adaptasi terhadap perubahan iklim, pencegahan pencemaran udara, tanah, air, hilangnya keanekaragaman hayati dan penurunan jasa yang diberikan oleh ekosistem.
WWF juga menyepakati tindakan untuk mengurangi tekanan terhadap ketersediaan air, termasuk
dengan memperkuat akses terhadap air bersih dan sanitasi bagi semua orang, dan mendorong penguatan sumber daya air nasional terpadu.
WWF mengusulkan Hari Danau Sedunia dalam proses PBB untuk menyoroti peran danau alami dan buatan sebagai sumber daya air penting yang berkontribusi terhadap ketersediaan dan aksesibilitas air.
Baca juga: Bappenas soroti solusi berbasis alam untuk pelestarian sumber air
Baca juga: RI pelopori pusat keunggulan ketahanan air dan iklim yang terintegrasi
Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2024
Tags: