Info Haji 2024
Kemenkes beri tips hadapi cuaca panas bagi jamaah haji
22 Mei 2024 18:45 WIB
Ilustrasi - Jamaah calon haji Embarkasi Surabaya saat akan diberangkatkan ke Tanah Suci melalui Asrama Haji di Surabaya. ANTARA/Fiqih Arfani/am.
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kesehatan mengingatkan sejumlah hal bagi jamaah haji untuk menjaga kesehatannya selama beribadah di Arab Saudi yang cuacanya panas, utamanya rutin meminum obat secara teratur.
Dalam pernyataan yang diterima di Jakarta, Rabu, Kepala Puskes Haji Kemenkes Liliek Marhaendro Susilo menyebutkan bahwa secara rutin pihaknya memonitor kesehatan para calon haji yang memiliki riwayat penyakit (komorbid) seperti hipertensi, diabetes, dan jantung.
Dalam monitoring kesehatan ini, ujar Liliek, petugas kesehatan akan melakukan pengecekan tensi darah. Mereka juga harus minum obat secara teratur.
Dia mengatakan bahwa sudah mengimbau jemaah agar minum obat dan membawa obat rutin pribadi ke Tanah Suci sejak jemaah masih berada di Indonesia.
“Jadi, kami anjurkan sejak saat menjelang berangkat. Kami sudah sampaikan semua ke petugas kesehatan, pokoknya jangan lupa jemaah yang sudah rutin minum obat untuk membawa obat rutinnya selama kebutuhan 40 hari di Tanah Suci,” kata Liliek.
Menurut Liliek, minum obat teratur diharapkan dapat mengendalikan penyakit-penyakit komorbid tersebut.
Dalam kondisi darurat, calon haji yang lupa dan tidak membawa obat pribadinya, Kemenkes menyediakan obat dan perbekalan kesehatan lainnya.
Rinciannya, sebanyak 2.872 koli untuk obat, sedangkan perbekalan kesehatan alat kesehatan habis pakai sebanyak 1.826 koli. Totalnya, 4.710 koli atau seberat 62,3 ton dibawa dari Indonesia.
Namun demikian, obat-obatan tersebut belum tentu cocok untuk jamaah, sehingga dianjurkan membawa yang sesuai dengan kebutuhan sendiri.
Liliek juga mengingatkan kepada seluruh calon haji agar makan dan minum teratur.
Menurutnya, jamaah haji bisa saja melakukan banyak aktivitas ibadah haji di Tanah Suci, sehingga mereka lupa untuk makan dan minum.
Selain itu, dia mengatakan, istirahat yang cukup juga penting guna kelangsungan ibadah itu.
Dia menambahkan, aktivitas di luar ruangan dengan durasi panjang ini perlu diperhatikan oleh jemaah haji, terutama bagi mereka yang tidak sempat membawa bekal makan dan minum. Apabila disepelekan, bahkan sampai lupa makan dan minum, mereka bisa jatuh sakit.
“Kalau aktivitas berkepanjangan di luar, makanan itu tersedia di hotel, bukan di luar. Ada katering di hotel. Nah, orang yang sudah pernah atau sering ke sana pasti banyak membawa bekal, bawa kurma. Misalnya, mau shalat dzuhur sampai asyar di masjid, dia sudah siap bawa bekal,” katanya.
Selama menjalankan ibadah haji, katanya, jamaah perlu menyesuaikan diri dalam menghadapi cuaca panas di Arab Saudi.
Menurutnya, cuaca di Arab Saudi berbeda dengan cuaca di Indonesia. Di Indonesia, suhu paling panas sekitar 36 derajat celsius, sedangkan suhu di Arab Saudi berkisar 41 derajat celsius.
“Paling panas di sana sekitar jam 3 dan 4 siang. Cuaca paling dingin itu jam 6 pagi. Sekarang 26 derajat celsius kalau pagi di sana. Nanti musim haji, semakin lama semakin panas. Tahun lalu di masa Arafah, cuacanya sampai 50 derajat celsius, rata-rata biasanya 47 derajat celsius,” katanya.
Jika jemaah harus keluar, Liliek berpesan agar memakai alat pelindung diri. Selain itu, jangan lupa untuk minum air putih sebanyak 250 mililiter atau satu gelas setiap satu jam.
“Pakai payung, pakai topi besar kalau ibu-ibu, pakai kacamata hitam, pakai masker, bawa semprotan air. Kalau terasa kering, disemprot supaya tidak kena heatstroke dan minum air,” katanya.
“Tapi kalau dia minum sekaligus biasanya sering buang air kecil, cari toiletnya jauh, susah. Makanya, kami ingatkan setiap 10 menit atau 15 menit, minumlah seteguk air. Supaya tenggorokan, kerongkongan tidak kering," katanya.
Selain cuaca panas, ujarnya, kelembaban udara di Arab Saudi terbilang rendah. Karena itu, jemaah haji diingatkan untuk minum air putih sebelum haus, jadi mereka sebaiknya menghindari menunggu haus untuk minum air putih.
Demi menjaga cairan tubuh stabil, minum air putih dicampur oralit dapat menjadi pilihan yang bagus. Terlebih, batuk dan pilek sering dialami jemaah lantaran perubahan suhu dan cuaca.
Dalam pernyataan yang diterima di Jakarta, Rabu, Kepala Puskes Haji Kemenkes Liliek Marhaendro Susilo menyebutkan bahwa secara rutin pihaknya memonitor kesehatan para calon haji yang memiliki riwayat penyakit (komorbid) seperti hipertensi, diabetes, dan jantung.
Dalam monitoring kesehatan ini, ujar Liliek, petugas kesehatan akan melakukan pengecekan tensi darah. Mereka juga harus minum obat secara teratur.
Dia mengatakan bahwa sudah mengimbau jemaah agar minum obat dan membawa obat rutin pribadi ke Tanah Suci sejak jemaah masih berada di Indonesia.
“Jadi, kami anjurkan sejak saat menjelang berangkat. Kami sudah sampaikan semua ke petugas kesehatan, pokoknya jangan lupa jemaah yang sudah rutin minum obat untuk membawa obat rutinnya selama kebutuhan 40 hari di Tanah Suci,” kata Liliek.
Menurut Liliek, minum obat teratur diharapkan dapat mengendalikan penyakit-penyakit komorbid tersebut.
Dalam kondisi darurat, calon haji yang lupa dan tidak membawa obat pribadinya, Kemenkes menyediakan obat dan perbekalan kesehatan lainnya.
Rinciannya, sebanyak 2.872 koli untuk obat, sedangkan perbekalan kesehatan alat kesehatan habis pakai sebanyak 1.826 koli. Totalnya, 4.710 koli atau seberat 62,3 ton dibawa dari Indonesia.
Namun demikian, obat-obatan tersebut belum tentu cocok untuk jamaah, sehingga dianjurkan membawa yang sesuai dengan kebutuhan sendiri.
Liliek juga mengingatkan kepada seluruh calon haji agar makan dan minum teratur.
Menurutnya, jamaah haji bisa saja melakukan banyak aktivitas ibadah haji di Tanah Suci, sehingga mereka lupa untuk makan dan minum.
Selain itu, dia mengatakan, istirahat yang cukup juga penting guna kelangsungan ibadah itu.
Dia menambahkan, aktivitas di luar ruangan dengan durasi panjang ini perlu diperhatikan oleh jemaah haji, terutama bagi mereka yang tidak sempat membawa bekal makan dan minum. Apabila disepelekan, bahkan sampai lupa makan dan minum, mereka bisa jatuh sakit.
“Kalau aktivitas berkepanjangan di luar, makanan itu tersedia di hotel, bukan di luar. Ada katering di hotel. Nah, orang yang sudah pernah atau sering ke sana pasti banyak membawa bekal, bawa kurma. Misalnya, mau shalat dzuhur sampai asyar di masjid, dia sudah siap bawa bekal,” katanya.
Selama menjalankan ibadah haji, katanya, jamaah perlu menyesuaikan diri dalam menghadapi cuaca panas di Arab Saudi.
Menurutnya, cuaca di Arab Saudi berbeda dengan cuaca di Indonesia. Di Indonesia, suhu paling panas sekitar 36 derajat celsius, sedangkan suhu di Arab Saudi berkisar 41 derajat celsius.
“Paling panas di sana sekitar jam 3 dan 4 siang. Cuaca paling dingin itu jam 6 pagi. Sekarang 26 derajat celsius kalau pagi di sana. Nanti musim haji, semakin lama semakin panas. Tahun lalu di masa Arafah, cuacanya sampai 50 derajat celsius, rata-rata biasanya 47 derajat celsius,” katanya.
Jika jemaah harus keluar, Liliek berpesan agar memakai alat pelindung diri. Selain itu, jangan lupa untuk minum air putih sebanyak 250 mililiter atau satu gelas setiap satu jam.
“Pakai payung, pakai topi besar kalau ibu-ibu, pakai kacamata hitam, pakai masker, bawa semprotan air. Kalau terasa kering, disemprot supaya tidak kena heatstroke dan minum air,” katanya.
“Tapi kalau dia minum sekaligus biasanya sering buang air kecil, cari toiletnya jauh, susah. Makanya, kami ingatkan setiap 10 menit atau 15 menit, minumlah seteguk air. Supaya tenggorokan, kerongkongan tidak kering," katanya.
Selain cuaca panas, ujarnya, kelembaban udara di Arab Saudi terbilang rendah. Karena itu, jemaah haji diingatkan untuk minum air putih sebelum haus, jadi mereka sebaiknya menghindari menunggu haus untuk minum air putih.
Demi menjaga cairan tubuh stabil, minum air putih dicampur oralit dapat menjadi pilihan yang bagus. Terlebih, batuk dan pilek sering dialami jemaah lantaran perubahan suhu dan cuaca.
Pewarta: Mecca Yumna Ning Prisie
Editor: M. Tohamaksun
Copyright © ANTARA 2024
Tags: