Vico mengatakan biji kopi (bean) Indonesia seperti Aceh Gayo dan Mandailing Sumatera pernah dia lihat dicantumkan pada menu kedai kopi di Korea Selatan maupun Singapura.
"Brand-brand itu membawa bean dari Indonesia seperti Aceh Gayo dibawa Korea dan (Mandailing) Sumatera dibawa ke Singapura oleh brand kopi China. Seharusnya itu menjadi satu momen buat Indonesia," kata Vico saat ditemui di kawasan SCBD, Jakarta Pusat, Rabu.
Baca juga: Barista wanita bertekad tunjukkan potensi kopi Indonesia ke dunia
Bukan mustahil bagi perusahaan rintisan ritel-ritel kopi asal Indonesia untuk membuka cabang kedainya di luar negeri, dan untuk itu Vico optimistis Fore Coffee mampu melakukannya.
Namun, menjalin kemitraan dengan produsen biji kopi lokal unggulan bukan suatu hal yang mudah dilakukan.
Karena setiap waktu tertentu, perusahaan mesti rajin mengeksplorasi berbagai tempat untuk menemukan produsen yang siap menyesuaikan dengan target mereka, tentu itu memakan biaya dan waktu yang tidak sedikit.
Baca juga: Indonesia promosikan kopi Nusantara pada MICE 2024 di Australia
Kadang kala ketika eksplorasi berlangsung, produsen yang siap malah telanjur memilih agen untuk menampung biji-biji kopi premiumnya dengan harga relatif lebih murah, namun mereka terbantu karena bisa lebih cepat dan mudah menjualnya.
"Dari mereka (produsen) juga mungkin banyak hambatannya, seperti pendukung, akses, maupun edukasi tentang cara menjual biji kopinya ke luar negeri supaya dapat yang bagus (untung). Padahal produknya sudah bagus tapi di Indonesia sendiri kok sepertinya produk yang bagus ini dihargai rendah (undervalued)," kata Vico.
Untuk membawa perubahan terhadap hal-hal esensial, mengembangkan potensi yang ada, serta melawan keterbatasan melalui segelas kopi, Fore Coffee mencanangkan kampanye #Forevolution.
Baca juga: Perempuan komunitas petani kopi diberdayakan lewat Bentani
Dalam kampanye itu, Fore Coffee menciptakan sebuah platform untuk mengapresiasi delapan individu yang memiliki misi sama melalui Fore Essentials Icon.
Para individu itu memiliki nilai otentisitas dan semangat memainkan perubahan dalam pemberdayaan, memberikan dampak, dan me-revolusi keadaan dalam bidangnya masing-masing.
Kedelapan ikon minuman Fore tersebut ialah Cathy Sharon, seorang wanita berdikari serta filantropis, mewakili varian minuman Buttercream Series.
Baca juga: ITPC Sydney sebut kopi Indonesia menjadi primadona di pasar Australia
Lalu desainer busana Jenahara, dengan varian minuman Pandan Latte. Jerhemy Owen, seorang kreator konten keberlanjutan lingkungan, mewakili varian minuman Butterscotch Sea Salt Latte.
Terakhir koki Yuda Bustara, yang mewakili varian minuman Caramel Praline Macchiato.
"Kedelapan ikon minuman Fore Coffee itu diharapkan membuat langkah nyata dalam mewujudkan misi kami. Kami juga mengundang masyarakat Indonesia untuk turut ambil bagian dalam misi Fore Coffee memperkenalkan potensi segelas kopi Indonesia ke mancanegara," kata Vico.
Baca juga: Kemenko Marves harap Indonesia dongkrak tradisi lewat kopi