World Water Forum 2024
Macron: Negara maju harus belajar penanganan air dari Global Selatan
22 Mei 2024 17:01 WIB
Tangkapan layar - Presiden Prancis Emmanuel Macron memberikan pernyataan terkait penyelenggaraan World Water Forum ke-10 di Bali lewat siaran daring pada Rabu (22/5/2024). (ANTARA/Nabil Ihsan)
Nusa Dua, Bali (ANTARA) - Negara-negara di bagian selatan bumi (Global South/Global Selatan) akan menjadi contoh bagi negara-negara maju dalam mengubah kebiasaan menggunakan air dan menangani masalah air, kata Presiden Prancis Emmanuel Macron.
“Pada akhirnya, dalam beberapa dasawarsa mendatang, negara-negara maju harus belajar dari negara-negara di Selatan yang lebih terbiasa menghadapi kelangkaan air, yang mengubah cara mereka mengonsumsi dan mendaur ulang air secara mendasar,” kata Macron dalam sambutannya secara daring pada World Water Forum (WWF) ke-10 di Bali pada Rabu.
Menurut dia, perubahan mendasar dalam kebiasaan hidup masyarakat diperlukan untuk menangani masalah air ketika sebagian besar negara-negara maju saat ini berada dalam kondisi yang berkecukupan dan terjamin.
Macron juga menegaskan pentingnya kerja sama antar pemangku kepentingan di tingkat internasional, seperti yang telah dilakukan melalui WWF, dalam mencari solusi atas masalah air di tingkat global.
“Air adalah aset paling berharga yang bisa kita investasikan saat ini, jika kita benar-benar ingin membangun ekonomi yang lebih berkelanjutan, makmur, dan swadaya,” kata dia.
Macron menjelaskan bahwa sejak Maret tahun lalu, negaranya telah menerapkan kebijakan air strategis “Plan eau” (Rencana Air) yang terbukti membantu mengurangi polusi dan menjaga kualitas air di tingkat nasional.
Kebijakan itu mencakup strategi penanganan air inovatif yang sudah dijalankan Prancis sejak 1960-an. Dia menyebut hal itu menjadi bukti bahwa pemerintahnya dapat menyesuaikan strategi menjaga kualitas air dengan tantangan saat ini.
Pertemuan internasional WWF ke-10 yang digelar di Nusa Dua, Bali, pada 18—25 Mei itu membahas konservasi air, air bersih dan sanitasi, ketahanan pangan dan energi, serta mitigasi bencana alam.
Sebanyak 244 sesi pembahasan dalam forum itu diharapkan dapat memberikan hasil konkret mengenai pengelolaan air secara global.
Pertemuan tersebut telah berhasil mengesahkan sebuah deklarasi tingkat menteri yang mencakup sejumlah usulan Indonesia dalam pengembangan air.
Di antara usulan itu adalah pendirian "Center of Excellence" ketahanan air dan iklim dan penetapan Hari Danau Sedunia melalui resolusi PBB.
Forum tersebut juga mengesahkan kompendium aksi konkret yang mencakup 113 proyek di sektor air dan sanitasi dengan total nilai sebesar Rp148,94 triliun.
Baca juga: ADB desak tindakan kolektif untuk pendanaan proyek air
Baca juga: Presiden Macron optimistis WWF ke-10 di Bali beri solusi masalah air
“Pada akhirnya, dalam beberapa dasawarsa mendatang, negara-negara maju harus belajar dari negara-negara di Selatan yang lebih terbiasa menghadapi kelangkaan air, yang mengubah cara mereka mengonsumsi dan mendaur ulang air secara mendasar,” kata Macron dalam sambutannya secara daring pada World Water Forum (WWF) ke-10 di Bali pada Rabu.
Menurut dia, perubahan mendasar dalam kebiasaan hidup masyarakat diperlukan untuk menangani masalah air ketika sebagian besar negara-negara maju saat ini berada dalam kondisi yang berkecukupan dan terjamin.
Macron juga menegaskan pentingnya kerja sama antar pemangku kepentingan di tingkat internasional, seperti yang telah dilakukan melalui WWF, dalam mencari solusi atas masalah air di tingkat global.
“Air adalah aset paling berharga yang bisa kita investasikan saat ini, jika kita benar-benar ingin membangun ekonomi yang lebih berkelanjutan, makmur, dan swadaya,” kata dia.
Macron menjelaskan bahwa sejak Maret tahun lalu, negaranya telah menerapkan kebijakan air strategis “Plan eau” (Rencana Air) yang terbukti membantu mengurangi polusi dan menjaga kualitas air di tingkat nasional.
Kebijakan itu mencakup strategi penanganan air inovatif yang sudah dijalankan Prancis sejak 1960-an. Dia menyebut hal itu menjadi bukti bahwa pemerintahnya dapat menyesuaikan strategi menjaga kualitas air dengan tantangan saat ini.
Pertemuan internasional WWF ke-10 yang digelar di Nusa Dua, Bali, pada 18—25 Mei itu membahas konservasi air, air bersih dan sanitasi, ketahanan pangan dan energi, serta mitigasi bencana alam.
Sebanyak 244 sesi pembahasan dalam forum itu diharapkan dapat memberikan hasil konkret mengenai pengelolaan air secara global.
Pertemuan tersebut telah berhasil mengesahkan sebuah deklarasi tingkat menteri yang mencakup sejumlah usulan Indonesia dalam pengembangan air.
Di antara usulan itu adalah pendirian "Center of Excellence" ketahanan air dan iklim dan penetapan Hari Danau Sedunia melalui resolusi PBB.
Forum tersebut juga mengesahkan kompendium aksi konkret yang mencakup 113 proyek di sektor air dan sanitasi dengan total nilai sebesar Rp148,94 triliun.
Baca juga: ADB desak tindakan kolektif untuk pendanaan proyek air
Baca juga: Presiden Macron optimistis WWF ke-10 di Bali beri solusi masalah air
Pewarta: Nabil Ihsan
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2024
Tags: