Menko Marves ingin waktu panen rumput laut lebih cepat
22 Mei 2024 13:38 WIB
Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan dalam Seminar Accelerating the Upstream-Downstream Integration of the Seaweed Industry and the Launch of International Center for Tropical Seaweeds (ICTS) di Badung, Bali, Rabu (22/5/2024). ANTARA/Ni Putu Putri Muliantari.
Badung (ANTARA) - Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan dalam Seminar Percepatan Integrasi Hulu-Hilir Industri Rumput Laut dan Peluncuran International Center for Tropical Seaweeds (ICTS), menyampaikan keinginannya agar waktu panen rumput laut lebih cepat.
“Saya pikir kita harus melakukan penelitian, bisa kah kita melakukannya (panen) kurang dari 45 hari, jika bisa dalam 30 hari, saya pikir ini akan lebih baik bagi petani kita di tingkat sipil,” kata dia di Kabupaten Badung, Bali, Rabu.
Diketahui, dalam seminar tersebut dilakukan diskusi untuk menggali solusi dan masa depan rumput laut bagi ekonomi, dimana pemerintah menggandeng pakar dan akademisi dari institut teknologi di India.
“Kami kerja sama dengan peneliti, kami ingin 45 hari panennya itu bisa dipercepat jadi 30 hari, sehingga nelayan-nelayan di pesisir tak ada masalah kehidupan ke depan,” ujar Luhut.
Menko Marves menilai, dengan budidaya rumput laut ini maka peternak lobster tak perlu menjual bayi lobster sepertj dulu.
“Dulu diekspor karena kalau baby lobster masuk ke keramba dia nunggu 7 bulan, dia makan apa, kalau sekarang dengan rumput laut ini dia bisa setiap hari panen,” kata Luhut.
Rumput laut yang dapat dipanen berkali-kali dalam setahun dapat menguntungkan masyarakat, apalagi 62 persen wilayah masyarakat Indonesia tinggal di pesisir dan banyak dari mereka masuk kategori kemiskinan dan stunting.
“Menurut saya pada tahun 2033 ekspor kita dari sini akan mencapai 19 milyar dolar AS, jadi dengan panen rumput lautnya hanya 30 hari, maka bisa dilakukan setahun penuh,” ujarnya.
Melalui kerja sama dengan pakar dari Institut Teknologi India, Indonesia yang sudah memiliki pabrik di Lombok ingin belajar melihat industri pupuk organik, seperti dengan bioplastik dan stimulan organic fertilizer.
“Semua sudah ada pabriknya nanti kita buat, nanti kalau jalan semua bagus kita tingkatkan, semua kita perbesar,” ujar Luhut.
“Saya pikir kita harus melakukan penelitian, bisa kah kita melakukannya (panen) kurang dari 45 hari, jika bisa dalam 30 hari, saya pikir ini akan lebih baik bagi petani kita di tingkat sipil,” kata dia di Kabupaten Badung, Bali, Rabu.
Diketahui, dalam seminar tersebut dilakukan diskusi untuk menggali solusi dan masa depan rumput laut bagi ekonomi, dimana pemerintah menggandeng pakar dan akademisi dari institut teknologi di India.
“Kami kerja sama dengan peneliti, kami ingin 45 hari panennya itu bisa dipercepat jadi 30 hari, sehingga nelayan-nelayan di pesisir tak ada masalah kehidupan ke depan,” ujar Luhut.
Menko Marves menilai, dengan budidaya rumput laut ini maka peternak lobster tak perlu menjual bayi lobster sepertj dulu.
“Dulu diekspor karena kalau baby lobster masuk ke keramba dia nunggu 7 bulan, dia makan apa, kalau sekarang dengan rumput laut ini dia bisa setiap hari panen,” kata Luhut.
Rumput laut yang dapat dipanen berkali-kali dalam setahun dapat menguntungkan masyarakat, apalagi 62 persen wilayah masyarakat Indonesia tinggal di pesisir dan banyak dari mereka masuk kategori kemiskinan dan stunting.
“Menurut saya pada tahun 2033 ekspor kita dari sini akan mencapai 19 milyar dolar AS, jadi dengan panen rumput lautnya hanya 30 hari, maka bisa dilakukan setahun penuh,” ujarnya.
Melalui kerja sama dengan pakar dari Institut Teknologi India, Indonesia yang sudah memiliki pabrik di Lombok ingin belajar melihat industri pupuk organik, seperti dengan bioplastik dan stimulan organic fertilizer.
“Semua sudah ada pabriknya nanti kita buat, nanti kalau jalan semua bagus kita tingkatkan, semua kita perbesar,” ujar Luhut.
Pewarta: Ni Putu Putri Muliantari
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2024
Tags: