Labuan Bajo, NTT (ANTARA News) - Bank Indonesia optimistis nilai tukar rupiah pada 2014 akan menguat menyusul kondisi fundamental yang membaik seperti turunnya defisit transaksi berjalan dan terkendalinya tingkat inflasi.

"2014, dengan kondisi fundamental yang membaik seperti defisit transaksi berjalan yang turun, diharapkan rupiah akan menguat," kata Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Doddy Waluyo, di Labuan Bajo, Manggarai Barat, NTT, Sabtu malam.

Ia berharap pelaksanaan Pemilu 2014 tidak akan berdampak negatif kepada pergerakan nilai tukar rupiah.

Dia memperkirakan defisit transaksi berjalan pada 2014 akan mencapai 25 miliar hingga 26 miliar dolar AS atau 2,9 persen dari produk domestik bruto (PDB).


Kondisi tersebut lebih baik dibanding akhir 2013 yang diperkirakan mencapai 31 miliar dolar AS atau 3,6 persen dari PDB atau kondisi pada kuartal II 2013 yang mencapai 4,4 persen dari PDB.

Sementara dari sisi inflasi, BI memperkirakan inflasi akan terkendali dan kembali ke pola normal. Inflasi akan berada di kisaran 4,5 plus minus satu persen.

BPS mencatat inflasi tahun kalender pada November 2013 mencapai 7,79 persen dan laju inflasi tahun ke tahun mencapai 8,37 persen.

"Dengan kondisi seperti ini seharusnya rupiah tidak melemah ke depan," kata dia.

Mengenai kondisi kurs rupiah saat ini, dia mengakui kondisi fundamental dimana suplai lebih rendah dari permintaan menyebabkan nilai tukar rupiah melemah.

"Rupiah bisa saja menguat karena sentimen positif tapi secara fundamental akan melemah dan BI tidak akan mendorong nilai tukar rupiah menjauh dari kondisi fundamental," katanya.

Ia mengakui selama 2013 ada tren melemah nilai tukar rupiah sejak Mei atau Juli. Sebelum Mei, nilai tukar rupiah di bawah Rp9.700 per dolar AS, dan sejak September di atas Rp10.000 per dolar AS.

Sementara pada Jumat sore (27/12), nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta melemah 73 poin menjadi Rp12.274 per dolar Amerika Serikat dibanding sebelumnya Rp12.201 per dolar Amerika Serikat.