Jakarta (ANTARA News) - Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Prabowo Subianto, mengatakan sosok almarhum Presiden Indonesia keempat Abdurrahman Wahid yang akrab disapa Gus Dur itu memiliki dedikasi besar terhadap penegakan demokrasi.

"Sejak muda beliau mempunyai dedikasi besar terhadap demokrasi. Saya kenal Gus Dur semenjak saya masih muda, hingga sekarang sudah setengah baya ini," kata Subianto, kala menyampaikan testimoninya dalam Haul Keempat Gus Dur, di Pondok Pesantren Ciganjur, Jakarta Selatan, Sabtu malam.

Haul adalah peringatan hari wafat seseorang yang diadakan setahun sekali (biasanya disertai doa untuk arwah yang bersangkutan).

Menurut Subianto, pemikiran Gus Dur yang brilian berada jauh ke depan hingga puluhan tahun dibandingkan orang kebanyakan.

Betapa panjangnya pemikiran Gus Dur, justru seringkali membuat masyarakat dan sebagian besar orang gagal memahami inti kearifannya.

"Beliau bahkan kerap mendapat berbagai macam tudingan dan tuduhan. Seperti misalnya dituduh antek Zionis Israel, padahal sebetulnya pemikiran beliau jauh ke depan agar semua umat dan manusia di dunia harus bisa menciptakan hubungan baik," ujarnya.

"Rasa aman yang ia perjuangkan bagi semua kelompok agama, etnis dan ras. Rasa aman itu tidak hanya ia perjuangkan di skala Indonesia, tetapi juga di banyak negara," kata dia.


Dia mengaku terkesan dengan pemikiran-pemikiran mendiang Gus Dur dan menyatakan syukurnya bahwa kearifan yang diwariskan saat ini ditampung dan diteruskan oleh kelompok yang memiliki istilah Gusdurian.

"Dengan diteruskannya pemikian Gus Dur, Islam di Indonesia akan menjadi Islam yang terus memberi kedamaian, kesejukan dan keamanan di seluruh Indonesia. Mari kita contoh kebesaran jiwa Gus Dur, supaya dalam perjalanan bangsa ini kita bisa memberikan kedamaian, kesejukan dan keamanan bagi semua warga negara," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Kepolisian Indonesia, Jenderal Polisi Sutarman, dalam kesempatan sama juga sempat menyampaikan testimoninya tentang banyak pelajaran yang diwariskan Gus Dur kepada dirinya.



Saat itu, Sutarman berpangkat komisaris besar polisi dan menjadi ajudan Gus Dur.


Bagi Sutarman, sebagaimana yang kerap ia dengar dari Gus Dur, selama menjabat sebagai Presiden mendiang merupakan pemimpin yang menyontoh Nabi Muhammad SAW.

"Cara beliau memimpin, lewat kejujurannya, lewat keberaniannya, segala yang ditampilkan menyontoh Nabi Muhammad SAW. Itu menjadi pesan bahwa apapun profesi kita, marilah mengikuti suri tauladan Nabi Muhammad," katanya.

Di sisi lain, Sutarman juga bercerita kala akhirnya Gus Dur dimakzulkan MPR pada 23 Juli 2001 silam, mendiang pernah berpesan, semoga itu menjadi kali terakhir seorang presiden Indonesia diberhentikan sebelum masa akhir jabatannya.

"Beliau berkata, mudah-mudahan ini terakhir kali bangsa ini memberhentikan presiden, jangan sampai ada presiden berhenti di tengah jalan lagi. Dari situ saya menyimpulkan, presiden yang terpilih dalam Pemilu haruslah kita dukung secara bersama untuk berbuat demi mewujudkan kesejahteraan bangsa," katanya.

"Kalaupun ada kritik dan tidak puas tentu wajar, tetapi hukumannya bukan memberhentikan, cukup tidak dipilih lagi di kesempatan berikutnya," ujar Sutarman menambahkan.