Jakarta (ANTARA) - Sastrawan yang juga Tim Kurator Sastra Masuk Kurikulum Okky Madasari mengatakan bahwa pembelajaran dari sastra berguna untuk semua mata pelajaran.

"Pemanfaatan buku sastra tidak hanya untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, tetapi juga Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Sejarah, hingga Biologi," katanya saat dikonfirmasi di Jakarta, Selasa.

Ia mencontohkan salah satu bukunya yang masuk rekomendasi sastra dalam kurikulum yakni novel anak-anak berjudul "Mata dan Rahasia Pulau Gapi", yang sudah disusun dalam modul oleh seorang guru SD Banyuripan, Bantul, DI Yogyakarta, dan digunakan dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial (IPAS), nahkan untuk mengajarkan Garis Wallace (garis hipotetis yang memisahkan wilayah geografi fauna Asia dengan Australia).

"Jadi memang Sastra Masuk Kurikulum tidak hanya untuk pelajaran Bahasa Indonesia," ujarnya.

Baca juga: Okky Madasari: Kurasi buku sastra dalam kurikulum sesuaikan jenjang

Ia berharap hadirnya Sastra Masuk Kurikulum dapat menghasilkan generasi masa depan yang lebih kreatif, inovatif, memahami gambaran besar dari sebuah persoalan, dan memiliki daya saing global.

Ketika dikonfirmasi soal karya-karya sastra yang masuk dalam kurikulum tetapi masih kontroversial, misalnya karya dari Pramoedya Ananta Toer, Okky menegaskan bahwa karya-karya tersebut dipilih agar para siswa bisa lebih memahami sejarah kebangsaan.

"Pemilihan Bumi Manusia (salah satu karya Pramoedya) jelas berdasar pada kriteria tujuan pembelajaran, antara lain untuk memahami sejarah kebangsaan. Selain itu, tentu ada pertimbangan bahwa karya Pramoedya memang sudah seharusnya diperkenalkan di bangku sekolah," ucapnya.

Menurutnya, memperkenalkan karya sastra juga berarti memperkenalkan sejarah pergulatan intelektualisme dan capaian-capaian penting kreativitas Indonesia.

Baca juga: Kemendikbud: Sastra masuk Kurikulum Merdeka mulai tahun ajaran baru

"Karya Pramoedya tidak mungkin luput dan sudah seharusnya masuk. Bumi Manusia ditempatkan di jenjang SMA, karena mempertimbangkan kompleksitas cerita dan ketebalan," tuturnya.

Selain karya-karya dari Pramoedya, ia juga mengemukakan pentingnya membaca karya-karya dari Penyair Widji Thukul untuk membangun kesadaran politik dan berpikir kritis.

Karenanya, ia direkomendasikan untuk dibaca pelajar SMA yang baru punya hak pilih. "Ini juga selaras dengan tujuan pembelajaran," katanya.

Okky juga menginisiasi penerbitan ulang kumpulan puisi Wiji Thukul dalam buku Nyanyian Akar Rumput via Gramedia Pustaka Utama pada tahun 2014 agar karya-karya Thukul bisa dibaca publik lebih luas.

"Saya juga memproduseri film biopik Thukul, 'Istirahatlah Kata-Kata' yang diputar di bioskop. Jadi semestinya sudah tidak ada resistensi terhadap karya ini," kata Okky.

Baca juga: BRIN sebut sastra hijau bentuk keberpihakan penulis pada lingkungan