Dosen UB ciptakan AI generatif untuk desain batik
21 Mei 2024 16:14 WIB
Desain batik lambang Universitas Brawijaya (UB) atau Raja Brawijaya yang dihasilkan melalui kecerdasan buatan generatif (AI generative) hasil penelitian kolaborasi dosen FILKOM dan FIB UB. (ANTARA/HO/Universitas Brawijaya/End)
Malang, Jatim (ANTARA) - Dosen Fakultas Ilmu Komputer (FILKOM) bersama sejumlah dosen Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Brawijaya (UB) melakukan penelitian di Laboratorium Sistem Cerdas yang menghasilkan generatif kecerdasan buatan/artificial intelligence (AI) untuk desain produk batik.
Penelitian dipimpin oleh Dr Eng Novanto Yudistira dengan melibatkan Dr Eng Irawati Nurmala Sari dari FILKOM, serta dibantu oleh beberapa anggota peneliti dari FIB UB.
Ketua Tim Peneliti, Novanto Yudistira di Malang, Jawa Timur, Selasa, mengemukakan bahwa penelitian ini berfokus pada pengembangan sistem berbasis kecerdasan buatan generatif (Generative AI) yang memungkinkan pengguna dapat menghasilkan desain batik sesuai dengan keinginan mereka.
Sistem ini, lanjutnya, menggunakan teknologi prompt to batik, dimana pengguna dapat memberikan deskripsi tekstual mengenai corak batik yang diinginkan, dan AI generatif akan secara otomatis menghasilkan desain batik yang sesuai dengan deskripsi tersebut.
Dimulai dengan proses pengumpulan pada tahun 2022 dan proses penelitian generatif AI dilaksanakan pada tahun 2023.
"Tim peneliti mengumpulkan dan menganalisis dataset yang berisi berbagai motif batik tradisional dari Nusantara. Model AI generatif dilatih menggunakan dataset ini untuk mengenali dan memahami pola, warna, dan elemen khas dari berbagai corak batik tradisional," katanya.
Baca juga: Mahasiswa Universitas Brawijaya buat aplikasi peta bagi tuna netra
Baca juga: Desain Batik "Singa" Malang Dipatenkan
Proses pelatihan model, katanya, dilakukan di server UB Tesla A100 AI Center, yang menyediakan kapasitas komputasi tinggi yang diperlukan untuk melatih model AI generatif.
Sementara itu, server FILKOM UB digunakan untuk proses inferensi, dimana pengguna dapat memberikan prompt dan menerima desain batik yang dihasilkan oleh sistem.
“Pengguna dapat memberikan prompt yang spesifik, seperti batik dengan motif parang berwarna biru dengan sentuhan modern, dan sistem AI generatif akan menghasilkan desain yang sesuai dengan deskripsi tersebut," ujarnya.
Ia mengatakan hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem ini mampu menghasilkan desain batik yang tidak hanya mempertahankan keaslian dan keindahan motif tradisional Nusantara, tetapi juga dapat disesuaikan dengan preferensi dan kreativitas individu pengguna.
Yudistira yang akrab disapa Yudis ini menjelaskan teknologi ini berpotensi untuk memperkaya dan melestarikan budaya batik Indonesia melalui inovasi digital. Selain itu, dapat juga digunakan sebagai alat bagi desainer dan industri batik untuk menciptakan kreasi baru dengan lebih efisien dan terarah.
Menurut Yudis, penggunaan AI generatif dalam penelitian ini menunjukkan kemampuan yang tinggi dalam menghasilkan variasi desain yang unik dan sesuai permintaan, menjadikan proses pembuatan batik lebih dinamis dan adaptif terhadap tren dan kebutuhan pasar.
"Teknologi ini juga membuka peluang bagi eksplorasi kreatif yang lebih luas dalam seni batik, memungkinkan penciptaan motif-motif baru yang tetap berakar pada tradisi, namun mampu menjawab tuntutan estetika modern," ujarnya.
Salah satu mahasiswa FILKOM yang terlibat dalam pengerjaan proyek ini adalah Octadion, kemudian dilanjutkan oleh Daffa Izzuddin, yang menjadikan proyek ini sebagai topik skripsinya.
Baca juga: 70 perguruan tinggi berkompetisi dalam ajang Gemastik XVI di UB
Baca juga: Pemerintah apresiasi keterlibatan swasta kembangkan UMKM batik
Penelitian dipimpin oleh Dr Eng Novanto Yudistira dengan melibatkan Dr Eng Irawati Nurmala Sari dari FILKOM, serta dibantu oleh beberapa anggota peneliti dari FIB UB.
Ketua Tim Peneliti, Novanto Yudistira di Malang, Jawa Timur, Selasa, mengemukakan bahwa penelitian ini berfokus pada pengembangan sistem berbasis kecerdasan buatan generatif (Generative AI) yang memungkinkan pengguna dapat menghasilkan desain batik sesuai dengan keinginan mereka.
Sistem ini, lanjutnya, menggunakan teknologi prompt to batik, dimana pengguna dapat memberikan deskripsi tekstual mengenai corak batik yang diinginkan, dan AI generatif akan secara otomatis menghasilkan desain batik yang sesuai dengan deskripsi tersebut.
Dimulai dengan proses pengumpulan pada tahun 2022 dan proses penelitian generatif AI dilaksanakan pada tahun 2023.
"Tim peneliti mengumpulkan dan menganalisis dataset yang berisi berbagai motif batik tradisional dari Nusantara. Model AI generatif dilatih menggunakan dataset ini untuk mengenali dan memahami pola, warna, dan elemen khas dari berbagai corak batik tradisional," katanya.
Baca juga: Mahasiswa Universitas Brawijaya buat aplikasi peta bagi tuna netra
Baca juga: Desain Batik "Singa" Malang Dipatenkan
Proses pelatihan model, katanya, dilakukan di server UB Tesla A100 AI Center, yang menyediakan kapasitas komputasi tinggi yang diperlukan untuk melatih model AI generatif.
Sementara itu, server FILKOM UB digunakan untuk proses inferensi, dimana pengguna dapat memberikan prompt dan menerima desain batik yang dihasilkan oleh sistem.
“Pengguna dapat memberikan prompt yang spesifik, seperti batik dengan motif parang berwarna biru dengan sentuhan modern, dan sistem AI generatif akan menghasilkan desain yang sesuai dengan deskripsi tersebut," ujarnya.
Ia mengatakan hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem ini mampu menghasilkan desain batik yang tidak hanya mempertahankan keaslian dan keindahan motif tradisional Nusantara, tetapi juga dapat disesuaikan dengan preferensi dan kreativitas individu pengguna.
Yudistira yang akrab disapa Yudis ini menjelaskan teknologi ini berpotensi untuk memperkaya dan melestarikan budaya batik Indonesia melalui inovasi digital. Selain itu, dapat juga digunakan sebagai alat bagi desainer dan industri batik untuk menciptakan kreasi baru dengan lebih efisien dan terarah.
Menurut Yudis, penggunaan AI generatif dalam penelitian ini menunjukkan kemampuan yang tinggi dalam menghasilkan variasi desain yang unik dan sesuai permintaan, menjadikan proses pembuatan batik lebih dinamis dan adaptif terhadap tren dan kebutuhan pasar.
"Teknologi ini juga membuka peluang bagi eksplorasi kreatif yang lebih luas dalam seni batik, memungkinkan penciptaan motif-motif baru yang tetap berakar pada tradisi, namun mampu menjawab tuntutan estetika modern," ujarnya.
Salah satu mahasiswa FILKOM yang terlibat dalam pengerjaan proyek ini adalah Octadion, kemudian dilanjutkan oleh Daffa Izzuddin, yang menjadikan proyek ini sebagai topik skripsinya.
Baca juga: 70 perguruan tinggi berkompetisi dalam ajang Gemastik XVI di UB
Baca juga: Pemerintah apresiasi keterlibatan swasta kembangkan UMKM batik
Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: Indra Gultom
Copyright © ANTARA 2024
Tags: