Basarnas kembangkan teknologi pemetaan zona evakuasi bencana
20 Mei 2024 18:46 WIB
Arsip Foto - Kepala Basarnas Kusworo saat memberikan pengarahan kepada tim yang bertugas dalam Operasi SAR Khusus Lebaran 2024 mulai dari 3 April - 18 April di Kantor Basarnas Pusat, Jakarta, Rabu (3/4/2024). ANTARA/M Riezko Bima Elko Prasetyo.
Jakarta (ANTARA) - Badan Pencarian dan Pertolongan Nasional (Basarnas) mulai mengembangkan teknologi pemetaan zona evakuasi bencana alam yang bisa dimanfaatkan secara daring dan faktual oleh masyarakat umum.
Kepala Basarnas Kusworo di Jakarta Senin, mengatakan bahwa pengembangan teknologi ini merupakan salah satu program prioritas di tahun 2024-2025, untuk memperkuat kemampuan dalam menangani dampak bencana alam.
"Sebagaimana instruksi dari Presiden dari inovasi yang mengarah ke teknologi harus dikembangkan oleh Basarnas setelah mengembangkan kemampuan taktis personel," katanya.
Menurutnya, teknologi pemetaan zona evakuasi ini akan mempermudah penanganan korban bencana alam, mulai dari bencana letusan gunung berapi maupun hidro-meteorologi seperti banjir, tanah longsor, angin puting beliung, dan seterusnya yang rawan melanda negeri ini.
Basarnas menilai keberadaan teknologi tersebut pun sudah sangat penting bila direfleksikan berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan operasi SAR.
Indonesia memiliki bentang alam yang beranekaragam dan cakupannya luas bahkan beberapa wilayah yang dilanda bencana notabene merupakan kawasan hutan/kepulauan yang belum terjamah manusia.
Termasuk tingkat kerawanan bencana yang beragam pula, contohnya Sumatera Barat yang potensi bencananya tinggi dan kompleks karena dikelilingi gunung berapi, berada di patahan yang rentan gempa bumi dan menghadap Samudera Hindia yang juga rawan tsunami.
"Maka rintangan medan seperti itu diharapkan bisa teratasi setelah dilakukan pemetaan, lalu diketahui pula zona atau jalur evakuasinya di mana saja jadi upaya evakuasi dan penyelamatan korban bisa lebih cepat dan tepat," katanya.
Dia mengaku optimistis bahwa teknologi pemetaan zona evakuasi berbasis daring ini bisa semakin memperkecil dampak potensi terjadinya bencana di seluruh Indonesia.
Pasalnya, Basarnas menggandeng tim ahli dari akademisi bidang inovasi, teknologi terapan dan lingkungan, salah satunya dari Universitas Budi Luhur yang tentunya sudah berpengalaman dalam pengembangan sistem teknologi pemetaan berbasis daring tersebut.
Teknologi yang dikembangkan oleh Basarnas itu nantinya juga akan terhubung dengan sistem informasi cuaca dan iklim dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan Geospasial, Badan Geologi Kementerian ESDM dan seterusnya.
"Dengan teknologi pemetaan zona evakuasi bencana ini, Basarnas diharapkan dapat memberikan bantuan yang lebih cepat dan tepat kepada korban bencana. Yang pemanfaatannya dikejar bisa dilakukan tahun ini," katanya.
Kepala Basarnas Kusworo di Jakarta Senin, mengatakan bahwa pengembangan teknologi ini merupakan salah satu program prioritas di tahun 2024-2025, untuk memperkuat kemampuan dalam menangani dampak bencana alam.
"Sebagaimana instruksi dari Presiden dari inovasi yang mengarah ke teknologi harus dikembangkan oleh Basarnas setelah mengembangkan kemampuan taktis personel," katanya.
Menurutnya, teknologi pemetaan zona evakuasi ini akan mempermudah penanganan korban bencana alam, mulai dari bencana letusan gunung berapi maupun hidro-meteorologi seperti banjir, tanah longsor, angin puting beliung, dan seterusnya yang rawan melanda negeri ini.
Basarnas menilai keberadaan teknologi tersebut pun sudah sangat penting bila direfleksikan berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan operasi SAR.
Indonesia memiliki bentang alam yang beranekaragam dan cakupannya luas bahkan beberapa wilayah yang dilanda bencana notabene merupakan kawasan hutan/kepulauan yang belum terjamah manusia.
Termasuk tingkat kerawanan bencana yang beragam pula, contohnya Sumatera Barat yang potensi bencananya tinggi dan kompleks karena dikelilingi gunung berapi, berada di patahan yang rentan gempa bumi dan menghadap Samudera Hindia yang juga rawan tsunami.
"Maka rintangan medan seperti itu diharapkan bisa teratasi setelah dilakukan pemetaan, lalu diketahui pula zona atau jalur evakuasinya di mana saja jadi upaya evakuasi dan penyelamatan korban bisa lebih cepat dan tepat," katanya.
Dia mengaku optimistis bahwa teknologi pemetaan zona evakuasi berbasis daring ini bisa semakin memperkecil dampak potensi terjadinya bencana di seluruh Indonesia.
Pasalnya, Basarnas menggandeng tim ahli dari akademisi bidang inovasi, teknologi terapan dan lingkungan, salah satunya dari Universitas Budi Luhur yang tentunya sudah berpengalaman dalam pengembangan sistem teknologi pemetaan berbasis daring tersebut.
Teknologi yang dikembangkan oleh Basarnas itu nantinya juga akan terhubung dengan sistem informasi cuaca dan iklim dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan Geospasial, Badan Geologi Kementerian ESDM dan seterusnya.
"Dengan teknologi pemetaan zona evakuasi bencana ini, Basarnas diharapkan dapat memberikan bantuan yang lebih cepat dan tepat kepada korban bencana. Yang pemanfaatannya dikejar bisa dilakukan tahun ini," katanya.
Pewarta: M. Riezko Bima Elko Prasetyo
Editor: M. Tohamaksun
Copyright © ANTARA 2024
Tags: