"Selain penyuluhan kesehatan, petugas puskesmas rutin melakukan KIE (komunikasi, informasi dan edukasi) di sekolah dan masyarakat," kata Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Dinkes Nagekeo Maria Theresia Toyo di Mbay, Ibu Kota Kabupaten Mbay, Senin.
Baca juga: BPBD Sabu Raijua NTT upayakan sumur bor atasi kekeringan
Ia menjelaskan penyakit kulit tersebut dialami warga karena kurang menjaga kebersihan diri, keluarga dan lingkungan.
"Sampel yang kami ambil anak sekolah karena banyak terlapor anak usia sekolah, mereka pakai air tadah hujan, tadah lalu simpan berhari-hari, bisa saja terkontaminasi, mereka simpan dalam jeriken tertutup tapi terlalu lama simpan juga tidak bagus," jelasnya.
Usai menemukan kasus itu Dinkes Nagekeo langsung melaporkan ke Puskesmas Jawakisa agar melakukan melakukan edukasi kepada masyarakat.
"Lalu yang sakit diarahkan ke puskesmas untuk segera melakukan pengobatan," katanya.
Ia juga mengimbau warga agar menjaga kebersihan rumah dan lingkungan serta menggunakan masker jika beraktivitas di luar rumah untuk mencegah ISPA.
"ISPA karena cuaca, ada debu, oleh karena itu masyarakat diharapkan gunakan masker, terutama anak-anak karena ketahanan tubuh lebih ke anak-anak, lalu diare bisa saja terjadi karena kurangnya sumber air bersih juga asupan makanan karena bisa dampak kekurangan pangan," katanya.
Baca juga: BMKG imbau wilayah di NTT yang belum masuk musim hujan untuk hemat air
Baca juga: Gubernur NTT minta dinas pertanian mulai distribusi benih ke petani Baca juga: BMKG imbau wilayah di NTT yang belum masuk musim hujan untuk hemat air
Sebelumnya, Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Nagekeo Agustinus Pone mengatakan pemerintah mulai mengantisipasi dampak kekeringan yang berpotensi terjadi pada musim kemarau 2024.
Ia menjelaskan telah melakukan identifikasi desa/kelurahan yang berpotensi mengalami kekeringan seperti di Kecamatan Nangaroro, Kecamatan Boawae, Kecamatan Aesesa Selatan dan Kecamatan Aesesa.
"Berkenaan dengan kelangkaan air bersih kami akan mendistribusikan air di desa yang potensi kekeringan maksimal," katanya.
BPBD Kabupaten Nagekeo, lanjut dia, telah menyiapkan sejumlah bahan bakar minyak (BBM) dan air bersih untuk didistribusikan ke desa-desa terdampak musim kemarau.
"Bekerja sama dengan dinas sosial dan ini adalah program yang kami lakukan hampir di setiap tahun," katanya.
"Menyambut program ini kami sudah mengidentifikasi lokasi-lokasi yang menjadi sasaran," jelasnya.
"Kami membuat pilihan dalam satu kecamatan ada kurang lebih ada dua titik sumur bor karena berdasarkan identifikasi masalah-masalah yakni yang pertama berdampak kepada stunting serta masalah lain yang berdasarkan hasil kajian bersama BPBD dan mitra terkait ancaman kekeringan," katanya.
Baca juga: BPBD Sabu Raijua NTT upayakan sumur bor atasi kekeringan
Baca juga: Pemkab Manggarai NTT antisipasi potensi bencana dampak El Nino Baca juga: BPBD Sabu Raijua NTT upayakan sumur bor atasi kekeringan