Jakarta (ANTARA) - Perusahaan gas industri PT Surya Biru Murni Acetylene Tbk (SBMA) dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) menyetujui pembagian dividen tunai senilai Rp1,1 miliar untuk tahun buku 2023.

Dividen tunai perseroan setara 23,25 persen dari laba bersih tahun buku 2023 yang senilai Rp4,73 miliar, atau meningkat 5,53 persen year on year (yoy) dibandingkan senilai Rp4,48 miliar pada tahun 2022.

Direktur Operasional SBMA Iwan Sanyoto dalam keterangan resmi di Jakarta, Senin, menyebut bahwa peningkatan penjualan perseroan ditopang oleh realisasi operasional pabrik baru yang dimulai pada Juni 2023 yang mulai terasa pada akhir tahun 2023 dan kuartal I- 2024.

"Dengan penjualan yang semakin naik, biaya produksi kami juga menurun, sehingga kami optimis kinerja SBMA akan terus membaik," ujar Iwan.

Ia melanjutkan bahwa masih banyak ceruk pasar yang belum dimaksimalkan oleh perseroan, di tengah kapasitas terpasang yang masih bisa ditingkatkan pada tahun ini.

“Investasi pabrik ini benar-benar bisa lebih dari 100 persen dari desain kapasitas, itu sesuatu yang menggembirakan dengan performa yang bagus dengan lebih ekonomis, sehingga biaya produksi kita juga turun dan SBMA lebih ringan untuk lari bersaing dengan kompetitor. Hal ini membuat SBMA optimis bahwa pendapatan atau omzet kami akan semakin naik terus,” ujar Iwan.

Dari sektor pertambangan, ia menyebut beberapa kontraktor besar yang ada di wilayah Kalimantan sudah di atas 80 persen menjadi mitra perseroan, namun untuk sektor rumah sakit dalam bentuk liquid serta di bidang petrokimia masih perlu terus ditingkatkan.

”Sedangkan untuk Ibu Kota Nusantara (IKN) sendiri akan menjadi magnet baru di Indonesia yang sangat dekat dengan Balikpapan, kebetulan head office kami ada di Balikpapan, sehingga semakin menjadi katalis yang bagus untuk SBMA,” ujar Iwan.

Di sisi lain, ia menyebut industri minyak dan gas (migas) secara umum masih menghadapi tantangan besar, termasuk fluktuasi harga minyak dunia, perubahan regulasi pemerintah terkait lingkungan, serta persaingan yang ketat.

“Industri ini juga berada di bawah tekanan untuk beralih ke energi yang lebih ramah lingkungan, seiring dengan meningkatnya kesadaran global terhadap perubahan iklim,” ujar Iwan.

Ke depan, ujarnya lagi, perseroan berkomitmen terus meningkatkan efisiensi operasional dan inovasi produk untuk mempertahankan pertumbuhan yang positif. Selain itu, perusahaan ini juga akan mengadopsi praktik-praktik keberlanjutan dalam operasionalnya untuk merespons isu-isu lingkungan.

Hingga kuartal I-2024, perseroan mencatatkan laba bersih yang meningkat 122,96 persen (yoy) menjadi senilai Rp2,01 miliar dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yang senilai Rp903,75 juta.

Iwan menjelaskan, katalis utama peningkatan laba bersih yaitu kenaikan pendapatan usaha sebesar 9,01 persen (yoy) menjadi senilai Rp28,89 miliar pada kuartal I-2024, dibandingkan sebelumnya senilai Rp26,50 miliar pada periode sama tahun sebelumnya.

“Produk utama seperti Acetylene, Oxygen, dan Argon memberikan kontribusi signifikan. Penjualan Acetylene tercatat senilai Rp8,69 miliar, Oxygen Rp6,65 miliar, dan Argon senilai Rp5,81 miliar, sementara produk lainnya menyumbang Rp3,91 miliar,” ujar Iwan.

Dari sisi neraca, total aset perseroan per 31 Maret 2024 senilai Rp283,45 miliar, atau meningkat 2,63 persen (yoy) dari sebelumnya Rp276,17 miliar pada 31 Desember 2023, dengan ekuitas tercatat senilai Rp217,46 miliar dan liabilitas senilai Rp65,98 miliar.
Baca juga: Surya Biru Murni kantongi tiga tender baru pada awal 2024
Baca juga: Surya Biru Murni catatkan laba bersih Rp4,73 miliar di 2023