"Kita berharap dalam perjalanan dari Rangkasbitung menuju Gubernur Banten di Kota Serang selamat sampai tujuan," kata Tetua Adat Badui yang juga Kepala Desa Kanekes Kabupaten Lebak, Jaro Saija di Rangkasbitung, Lebak, Sabtu.
Perjalanan menuju Gubernur Banten Pj Al Muktabar di Kota Serang menggunakan puluhan kendaraan Elp, khusus untuk masyarakat Badui Luar yang diberangkatkan pukul 08.00 WIB.
Sedangkan warga Badul Dalam berjalan kaki, karena dilarang menggunakan kendaraan dengan menempuh sepanjang 40 kilometer dan berangkat pukul 05.00 WIB.
Pelaksanaan Tradisi Seba dengan kepala daerah atau "Bapak Gede" merupakan kewajiban tahunan yang harus dilaksanakan oleh masyarakat Badui.
Sebab, tradisi ini memiliki makna untuk memperkuat persaudaraan dan persatuan, sehingga harus terjalin silaturahmi antara masyarakat Badui dan pemerintah.
Masyarakat Badui melaksanakan Tradisi Seba adalah warisan leluhur yang harus direalisasikan, seperti sebelumnya dengan Kerajaan Sultan Banten. Namun saat ini perayaan Tradisi Seba dengan dihadiri ribuan orang.
"Kita khawatir jika tidak melakukan ritual Seba ini bisa membawa malapetaka bencana setelah menjalani kawalu dan seren taun di kawasan pemukiman masyarakat Badui," katanya menjelaskan.
Ia mengatakan perayaan Tradisi Seba juga sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil alam yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa.
Masyarakat Badui dalam upacara juga menyerahkan hasil alam, seperti pisang, gula aren, iris, talas, beras huma dan penganan ngelaksa.
"Kami mendoakan dengan Seba ini berharap masyarakat Banten aman, damai dan sejahtera," kata Jaro.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lebak Imam Rismahayadin mengatakan pihaknya menghadiri pelepasan masyarakat Badui yang akan melanjutkan perayaan upacara Tradisi Seba bersama Gubernur Banten.
Baca juga: Kawasan Badui Dalam tetapkan 13 Februari 2024 masuki ritual 'Kawalu'
Baca juga: Kemenkominfo sebut akses internet di Suku Badui Dalam sudah diputus
Baca juga: Bercocok padi huma, cara Suku Badui perkuat cadangan pangan