Surabaya (ANTARA News) - Telkom Divisi Regional (Divre) V Jawa Timur terpaksa mematikan 423 Satuan Sambungan Telepon (SST) di kawasan Porong, Sidoarjo, dan sekitarnya lantaran terancam lumpur dari proyek PT Lapindo Brantas Inc. yang bisa memperparah kerusakan jaringan telepon di kawasan tersebut. "Kita terpaksa mematikan, karena lumpur sudah mengancam Digital Line Contretator. Jika tidak dimatikan, maka kami khawatir akan menimbulkan kerusakan yang lebih luas dan lebih besar," kata Manajer Komunikasi Telkom Divre V Jatim, Djadi Soegiarto, di Surabaya, Rabu. Menurut dia, SST yang dimatikan itu tersebar di sejumlah desa, yakni Desa Glagaharum, Renokenongo, Sentul, Balungnongo, Mrisen, Keboguyang dan Besuki. Untuk tetap bisa memberikan pelayanan kepada pelanggan, Telkom merencanakan pemanfaatan Flexi Home bagi pelanggan, dan biayanya diperhitungkan tidak kurang dari Rp300 juta. Dengan dimatikannya fasilitas telekomunikasi tersebut, menurut dia, maka fasilitas telekomunikasi dari Telkom yang terganggu akibat luapan lumpur dari proyek PT Lapindo Brantas Inc. semakin banyak dan luas. Ia mengemukakan, sekira 660 SST di wilayah Porong dan sekitarnya pada 10 Agustus 2006 juga lumpuh, karena kawasan tersebut terendam lumpur dari proyek PT Lapindo Brantas Inc., yang mengakibatkan rumah kabel dan titik pembaginya mengalami hubungan pendek (electrical contact). Akibatnya, ratusan telepon mengalami gangguan tidak dapat digunakan untuk keluar (outgoing) maupun menerima (incoming), sehingga nomor telepon bernomor awal 0343-851XXX hingga 0343-855XXX tidak berfungsi. Oleh karena itu, ia mengemukakan, Telkom menugasi Tim Rapid Normalisation Growth on Emergency (Ranger) ke lokasi gangguan beberapa saat kemudian, dan akhirnya berhasil menormalkan jaringan yang mengalami gangguan. Tim Ranger Telkom yang beranggotakan 35 orang itu khusus dibentuk Telkom untuk mengantisipasi dan menanangani gangguan maupun keadaan darurat yang dialami Telkom maupun masyarakat pengguna jasanya. Namun demikian, kata Djadi, meski jaringan sudah berhasil dinormalkan, tapi belum bisa diaktifkan semua lantaran sebagian rumah pelanggan ditinggal mengungsi dan sebagian lainnya tergenang lumpur. "Atas ketidaknyamanan ini kami mohon maaf. Mudah-mudahan luapan lumpur Lapindo bisa segera diatasi, sehingga fasilitas telekomunikasi yang kami sediakan bisa dinikmati kembali secara normal," demikian Djadi Soegiarto. (*)