Jakarta (ANTARA) - PT Lion Express atau Lion Parcel mengakui pengiriman barang dengan metode pembayaran tunai saat barang sudah dikirim atau cash on delivery (COD) memiliki pasar yang besar.

"Ya, besar sekali (pasar COD), makanya kita lengkapi lagi dengan COD ongkir," ujar Chief Sales Officer Lion Parcel Arif Wibowo dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis.

Namun demikian, diakuinya layanan COD memiliki sejumlah kendala yang menjadi tantangan tersendiri bagi penjual, di antaranya produk sudah dikirim, namun pembeli enggan membayar dengan berbagai alasan salah satunya tak cocok dengan produk yang dipesan hingga gagal kirim karena alamat kurang akurat.

Untuk melindungi UMKM dari kerugian, pihaknya lantas menyiapkan COD ongkir, dengan harapan penjual dapat menerima pemasukan dari penjualan barang sehingga mengurangi risiko kerugian akibat gagal bayar oleh pembeli.

"Jadi, kalau barangnya sudah dibayar kan lebih aman buat mereka (UMKM/penjual) jadi pembeli tinggal bayar ongkir saja," jelasnya.

Kehadiran layanan itu, lanjut dia, dilatarbelakangi oleh keluhan para pelaku UMKM yang terjun di pasar daring yang berjualan di pasar non e-marketplace atau melalui promosi di media sosial, namun kesulitan menyiapkan urusan logistik seperti perhitungan biaya ongkos kirim, proses pengiriman, hingga menerima pembayaran ongkos kirim.

Adapun lewat layanan itu, konsumen dapat melakukan pembayaran ongkos kirim tak hanya secara tunai namun juga secara non tunai lewat QRIS berbagai bank tanpa biaya tambahan.

Baca juga: Lion Parcel bidik peningkatan volume pengiriman 50 persen pada 2024
Baca juga: Belanja COD kini bisa cek dulu, ini manfaatnya
Baca juga: Lion Parcel ungkap alasan luncurkan layanan COD