Naypyitaw, Myanmar (Antara) - Cabang loncat indah mempersembahkan satu medali perak dan satu perunggu melalui nomor sinkronisasi papan sepuluh meter putra dan putri pada pertandingan hari terakhir loncah indah SEA Games 2013 Myanmar di Komplek Olahraga Wunna Theikdi Naypyitaw, Sabtu.

Medali perak diraih pasangan Andriyan/Adityo Restu Putra yang mengumpulkan nilai total 327,51, terpaut cukup jauh dibanding saingan terberat Ooi Tze Liang/Abdullah Muhammad Nazreen dari Malaysia (386,28). Perunggu diraih Timothy Han Kuan Lee/Mark Han Ming asal Singapura (300,24).

Sementara pasangan Dewi Setyaningsih/Yasmin Linadini harus puas dengan medali perunggu setelah mengumpulkan total nilai 239,45, kalah tipis dari pasangan tuan rumah Myanmar Nay Chi Su Lu/Saw Hla Nandar (239,91).

Malaysia melengkapi aksi sapu bersih melalui pasangan Sabri Nur Dhabi/Leong Mun Yee yang mengumpulkan nilai total 281,84.

Dengan tambahan satu perak dan satu perunggu tersebut, tim loncat indah Indonesi harus puas pulang dengan total perolehan dua perak dan empat perunggu.

Sementara Malaysia benar-benar memperlihatkan dominasi mereka di arena loncat indah dengan menyapu bersih seluruh delapan medali emas yang disediakan.

Usai pertandingan, Andriyan mengakui bahwa tim mana pun akan kesulitan untuk menghadang laju peloncat indah Malaysia.

"Mereka tangguh berkat sistem pelatihan yang terus menerus, tidak hanya saat akan menghadapi SEA Games, berbeda dengan kita atlet Indonesia," kata Adriyan, lulusan SMA Ragunan 2012 itu.

Kelemahan utama atlet loncat indah Indonesia, menurut Andriyan, tidak hanya terletak pada tidak adanya sistem pelatihan yang berkesinambungan, tetapi juga akibat fasilitas penunjang untuk latihan.

"Waktu latihan di darat, saya tidak berani menggunakan alat trampolin karena pernya sudah mau copot dan bisa menyebabkan cedera. Selain itu, di Senayan belum ada kolam renang indoor, sehingga jadwal latihan pun tergantung cuaca," katanya.

Suasana yang tidak kondusif saat menjalani pelatnas, termasuk tersendatnya pendanaan yang berakibat pada sempitnya waktu untuk berlatih di Guangzhou, China, juga turut memberikan andil.

Mengenai kegagalan pasangan Dewi Setyaningsih dan Yasmin Linadini untuk setidaknya meraih medali perak, pelatih Harly Ramayani mengakui bahwa loncatan terakhir yang tidak sempurna ikut berpengaruh terhadap hasil akhir.

"Tapi dari awal saya melihat bahwa atlet tuan rumah Myanmar banyak dibantu oleh wasit. Ya itulah resiko cabang yang tidak terukur," kata Harly menambahkan.(*)