FKH hijaukan Banjarmasin dengan lukut
21 Desember 2013 20:06 WIB
ilustrasi Petugas Perhutani RPH Sukaraja menyiram persemaian pohon Mahoni Afrika (Khaya Anthoteca) untuk reboisasi dan penghijauan hutan di Tempat Penampungan Kayu (TPK) Urug, Kecamatan Kawalu, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Minggu (26/5). (ANTARA FOTO/Feri Purnama)
Banjarmasin (ANTARA News) - Sebuah organisasi pecinta lingkungan hidup, Forum Komunikasi Hijau (FKH) Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, untuk kedua kalinya melakukan penanaman massal untuk menghijaukan kota dengan tanaman lukut.
Penanaman tanaman lukut atau yang sering disebut sebagai tanaman paku sarang burung (Asplenium Nidus) tersebut dilakukan sepanjang Jalan Lambung Mangkurat Banjarmasin, Sabtu pagi.
FKH yang terlibat bukan saja dari kalangan pecinta pohon, juga dari unsur wartawan cinta lingkungan "pena hijau," Banjarmasin Cinta Lingkungan (BCL), serta dari Mapala Universitas Lambung Mangkurat (Unlam) Banjarmasin.
Sekitar 500 pohon lukut sudah di tanam pada pohon induk di sepanjang jalan yang padat lalu-lintas tersebut, diharapkan tanaman ini akan tumbuh subur dan memperindah kota yang sekarang dipilih satu dari 60 kota hijau (green city) di Indonesia.
Menurut Muhammad Ary Wakil ketua FKH Banjarmasin dipilihnya tanaman lukut karena tanaman tersebut mudah dibibitkan, mudah didapatkan di dalam hutan, mudah dipelihara tersebut indah dan rindang.
"Kalau menurut kami FKH, tanaman anggrek salah satu jenis tanaman yang mudah ditempelkan di berbagai pohon penghijauan, karena tanaman ini jenis tanaman tidak merusak tanaman induk,"katanya.
Berdasarkan informasi pencarian bibit tanaman ini berasal dari hutan Pegunungan Meratus Kabupaten Balangan, sering dijumpai dan suka tempel di pohon enau, pohon kayu besar, kayu apa saja yang tumbuh di areal berhawa lembah.
Ia merasa yakin, tanaman ini akan memperindah kota, karena berdasarkan pengalaman di kota lain yang memanfaatkan jenis tumbuhan ini untuk menghijaukan kota begitu elok dipandang mata.
Seperti terlihat di Jogyakarta, Solo, dan beberapa kota lagi di Pulau Jawa. Lukut memang beraneka jenis salah satunya adalah tanaman tanduk rusa, eyi, dan beberapa jenis lagi yang tumbuh suka nempel di pohon induk.
Lukut atau paku sarang burung merupakan jenis tumbuhan paku populer sebagai tanaman hias halaman. Orang Sunda menyebutnya kadaka, sementara dalam bahasa Jawa dikenal dengan kedakah. (*)
Penanaman tanaman lukut atau yang sering disebut sebagai tanaman paku sarang burung (Asplenium Nidus) tersebut dilakukan sepanjang Jalan Lambung Mangkurat Banjarmasin, Sabtu pagi.
FKH yang terlibat bukan saja dari kalangan pecinta pohon, juga dari unsur wartawan cinta lingkungan "pena hijau," Banjarmasin Cinta Lingkungan (BCL), serta dari Mapala Universitas Lambung Mangkurat (Unlam) Banjarmasin.
Sekitar 500 pohon lukut sudah di tanam pada pohon induk di sepanjang jalan yang padat lalu-lintas tersebut, diharapkan tanaman ini akan tumbuh subur dan memperindah kota yang sekarang dipilih satu dari 60 kota hijau (green city) di Indonesia.
Menurut Muhammad Ary Wakil ketua FKH Banjarmasin dipilihnya tanaman lukut karena tanaman tersebut mudah dibibitkan, mudah didapatkan di dalam hutan, mudah dipelihara tersebut indah dan rindang.
"Kalau menurut kami FKH, tanaman anggrek salah satu jenis tanaman yang mudah ditempelkan di berbagai pohon penghijauan, karena tanaman ini jenis tanaman tidak merusak tanaman induk,"katanya.
Berdasarkan informasi pencarian bibit tanaman ini berasal dari hutan Pegunungan Meratus Kabupaten Balangan, sering dijumpai dan suka tempel di pohon enau, pohon kayu besar, kayu apa saja yang tumbuh di areal berhawa lembah.
Ia merasa yakin, tanaman ini akan memperindah kota, karena berdasarkan pengalaman di kota lain yang memanfaatkan jenis tumbuhan ini untuk menghijaukan kota begitu elok dipandang mata.
Seperti terlihat di Jogyakarta, Solo, dan beberapa kota lagi di Pulau Jawa. Lukut memang beraneka jenis salah satunya adalah tanaman tanduk rusa, eyi, dan beberapa jenis lagi yang tumbuh suka nempel di pohon induk.
Lukut atau paku sarang burung merupakan jenis tumbuhan paku populer sebagai tanaman hias halaman. Orang Sunda menyebutnya kadaka, sementara dalam bahasa Jawa dikenal dengan kedakah. (*)
Pewarta: Hasan Zainuddin
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013
Tags: