Bogor (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Jumat, berbagi "rahasianya" saat mempertahankan disertasi untuk memperoleh gelar doktor di Institut Pertanian Bogor (IPB) lebih kurang sembilan tahun lalu.

Di hadapan ratusan mahasiswa dan para guru besar institut itu, Presiden Yudhoyono mengawali orasi ilmiahnya dalam rangka Dies Natalis ke-50 IPB dengan mengisahkan ketegangannya menjelang ujian terbuka dan pandangan seorang penguji tentang penampilannya saat mempertahankan disertasinya.

"Ada satu rahasia, satu dua malam sebelum saya mempertahankan disertasi di tempat ini, sejumlah teman menakuti. Kalau di universitas lain yang namanya ujian terbuka adalah deklarasi bahwa dia akan menjadi doktor. Tapi kalau di IPB ujian ya ujian, bisa lulus bisa tidak lulus," katanya.

Ini adalah kali kedua Presiden Yudhoyono menyampaikan orasi ilmiah di IPB, setelah pada 4 November 2008 dengan judul "Ekonomi Indonesia Abad 21 Menjawab Tantangan Globalisasi".

Selain mengisahkan ketegangannya menjelang ujian terbuka, Presiden Yudhoyono juga bercerita tentang reaksi salah seorang penguji dalam ujian terbuka itu.

Menurut Kepala Negara, ia diberitahu jika salah seorang profesor yang hadir dalam ujian terbuka itu menilai seharusnya dia tidak menjadi presiden.

"Saya diberitahu, saya tidak mendengar langsung, tapi konon salah satu penguji, kebetulan salah satu profesor dari negara sahabat, menanyakan kepada kolega penguji dari Indonesia. Apakah betul yang kita uji tadi mau jadi presiden? Dijawablah oleh tim penguji yang lain, jika benar. Apa kata profesor itu, sayang sekali kalau hanya jadi presiden, harusnya dia bisa jadi profesor di IPB ini," katanya yang disambut tawa para tamu undangan.

Saat Presiden Yudhoyono mempertahankan disertasinya pemilihan umum presiden putaran kedua telah selesai dilakukan.

"Jadi nasehat saya kepada calon presiden, jangan berani-berani sama profesor," katanya.

Sementara itu dalam orasi ilmiahnya, Presiden Yudhoyono menegaskan sektor pertanian harus mendapatkan perhatian khusus karena memiliki peran yang penting untuk mendorong kesejahteraan masyarakat baik di tingkat nasional, regional dan global.

Ia menggarisbawahi upaya penghapusan kemiskinan ekstrem dan kelaparan di muka bumi. Menurut Presiden, ketahanan pangan bukan hanya soal menyediakan pangan bagi semua warga, namun juga berkaitan dengan akses, dan bagaimana memproduksi dan mengkonsumsi pangan secara efisien dan berkelanjutan.

Tantangan yang dihadapi saat ini semuanya bersifat sistemik sehingga, tambah dia, penanganan masalah penyediaan pangan tidak dapat terlepas dari "nexus water-energy-land-technology".

Mengutip laporan Bank Dunia pada tahun 2008, Presiden menyatakan, pertumbuhan sektor pertanian efektif untuk menurunkan angka kemiskinan, dua kali lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan sektor non pertanian terhadap penurunan kemiskinan di banyak negara.

Ditambahkannya, United Nations Environment Programme (UNEP) dan International Fund for Agricultural Development (IFAD) menegaskan pentingnya dukungan terhadap sektor pertanian, utamanya kepada petani lahan-kecil untuk pertanian berkelanjutan, sustainable agriculture, dan program percepatan pengentasan kemiskinan dunia.

Oleh karena itu, tambahnya, membangun dan memajukan sektor pertanian akan membantu mempercepat capaian target penurunan angka kemiskinan, seperti yang diharapkan dalam MDGs. (*)