Nusa Dua, Bali (ANTARA) - Pemerintah Indonesia menggandeng organisasi nonprofit global, OceanX mulai memetakan potensi kelautan melalui ekspedisi penelitian di sejumlah wilayah di Tanah Air.

“Program ini berlangsung tiga bulan dan diharapkan terus berlanjut,” kata Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Marves) Luhut Binsar Pandjaitan di sela jumpa pers ekspedisi bersama di Nusa Dua, Bali, Rabu.

Kemenko Marves bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memulai misi eksplorasi pada 8 Mei 2024 yang diawali dari Pulau Sambu, Kepulauan Riau.

Baca juga: Luhut beri masukan Presiden Terpilih Prabowo Subianto beli kapal riset

Ekspedisi dengan kapal canggih OceanXplorer itu kemudian dilanjutkan ke wilayah lain di Tanah Air dengan menyinggahi Banda Aceh, Teluk Bayur di Padang, Tanjung Priok Jakarta, Benoa Denpasar Bali, Labuan Bajo NTT, dan berakhir di Bitung, Sulawesi Utara, dijadwalkan pada 25 Agustus 2024.

Dalam ekspedisi penelitian itu yang difokuskan adalah keanekaragaman hayati laut, potensi karbon, penilaian stok ikan hingga pemetaan gempa yakni investigasi zona megathrust untuk menyempurnakan model gempa bumi dan tsunami.

Luhut mengharapkan penelitian itu dapat mendukung kesejahteraan sosial melalui penemuan potensi inovasi produk dan solusi berbagai bidang di antaranya kedokteran atau bioteknologi.

“Yang paling penting adalah kesempatan mempelajari potensi gempa bumi dan tsunami demi keselamatan manusia,” imbuhnya.

Baca juga: Menko Luhut tegaskan komitmen pemerintah bangun industri EV hijau

Di sisi lain, Kepala BRIN Laksana Tri Handoko menjelaskan sejak 2022, pihaknya telah mendukung ekspedisi maritim dengan ratusan hari berlayar setiap tahun menggunakan armada kapal penelitiannya dan bermitra dengan kapal asing seperti OceanXplorer.

Program ini dibuat terbuka untuk semua ilmuwan yang dipilih berdasarkan permintaan partisipasi terbuka dan kolaborasi yang kompetitif.

Tim peneliti Indonesia terdiri dari perwakilan BRIN, universitas, dan organisasi Konservasi Indonesia.

Misi itu juga melibatkan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Pusat Hidro-Oseanografi Angkatan Laut (Pushidrosal), Kementerian Perhubungan, Kementerian Pertahanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan dan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

“Skema pendukungnya dimaksudkan untuk mendorong penelitian kelautan dan pemanfaatan sumber daya kelautan di seluruh wilayah perairan Indonesia,” katanya.

Sementara itu, Co-CEO dan Chief Science Officer OceanX Vincent Pieribone melalui sambungan virtual mengungkapkan data kelautan yang komprehensif dapat memperkuat pengambilan keputusan untuk pengelolaan perikanan berkelanjutan, strategi konservasi yang efektif, dan upaya mitigasi bencana alam.

“Perairan Indonesia memainkan peran penting dalam perekonomian, geopolitik, budaya, dan lingkungan alam,” imbuhnya.

Melalui eksplorasi itu diharapkan keanekaragaman hayati yang belum dieksplorasi secara maksimal khususnya laut dalam bisa dipetakan, karena baru 19 persen lautan Indonesia yang terpetakan dengan garis pantai Indonesia mencapai 108 ribu kilometer dan lebih dari 70 persen luas Indonesia adalah perairan.