Cuaca buruk, helikopter tim pemantau lahar Gunung Marapi gagal terbang
15 Mei 2024 13:25 WIB
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Suharyanto, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Gubernur Sumatera Barat Mahyeldi, didampingi Kepala Kepolsian Daerah Sumatera Barat Suharyono bersiap naik helikopter Pangkalan TNI AU Sutan Sjahrir untuk meninjau lokasi terdampak bencana banjir lahar hujan dan tanah longsor di Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, Selasa (14/5/2024). ANTARA/M Riezko Bima Elko Prasetyo/am.
Bukittinggi (ANTARA) - Helikopter yang hendak mengangkut tim gabungan pemantauan awan hujan dan material lahar, bebatuan endapan hulu sungai pada puncak-lereng Gunung Marapi di Padang Panjang, Sumatera Barat (Sumbar) gagal terbang imbas cuaca buruk pada Rabu.
Tim gabungan terdiri dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Alam (ESDM), serta Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) itu diagendakan terbang dari Lapangan Kayu Kubu, Bukittinggi, Sumbar, Rabu, pukul 10.20 WIB dengan tujuan memantau hulu sungai Gunung Marapi di Padang Panjang, Agam, dan Tanah Datar.
"Tapi karena heli harus mendarat darurat akibat cuaca buruk, maka terpaksa ditunda dan kegiatan ini akan disesuaikan dengan kondisi cuaca," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati di Bukittinggi, Sumbar, Rabu.
Ia menjelaskan pemantauan udara menggunakan heli penting untuk mengetahui secara pasti keberadaan posisi sebaran sisa material lahar, bebatuan yang mengendap di hulu sungai lereng Gunung Marapi.
Baca juga: BMKG siapkan 15 ton garam untuk modifikasi cuaca di Sumatera Barat
Pasalnya, informasi yang diterima BMKG melaporkan saat ini masih banyak tumpukan material berupa pasir, batu kecil-besar di sisi barat, selatan, barat daya, dan utara Gunung Marapi. Sementara di saat yang bersamaan awan hujan juga berada di wilayah yang sama, sehingga menguatkan potensi banjir lahar susulan terjadi.
Terlebih, lanjutnya, alat yang jadi andalan untuk pemantauan tersebut yakni berupa seismik dan pesawat tanpa awak/ drone milik Badan Geologi Kementerian ESDM dan Balai Wilayah Sungai V Kementerian PUPR di Sumbar tidak bisa menjangkau bagian atas gunung itu yang berjarak tiga kilometer lebih dari hilir.
"Makanya kami harus tahu sisi mana yang harus ditangani, supaya bila benar terjadi hujan deras dan mengakibatkan banjir lahar susulan maka tidak menimbulkan korban baru atau wilayah sebaran baru," katanya.
Baca juga: BMKG: Siagakan pemantau sungai dan banjir lahar susulan di Sumbar
Sementara itu Ketua Tim Tanggap Darurat Bencana Gunung Marapi Badan Geologi Kementerian ESDM Muhammad Nurul Asrori melaporkan ada 25 aliran sungai yang berhulu di Gunung Marapi, dua aliran diantaranya butuh perhatian khusus yakni di Bukik Batabuah dan Sungai Pua.
Dua aliran sungai itu hilirnya akan melintasi wilayah Agam, Tanah Datar, Padang Panjang sekitarnya dan kondisinya saat ini mengalami perubahan diameter dan kedalamannya akibat banjir lahar pada Sabtu (11/5) malam.
"Endapan di hilir sudah mulai dibersihkan, yang butuh dipastikan lagi tumpukan batuan yang di hulu itu posisinya di mana sebagai langkah mitigasi bencana susulan seiring potensi hujan masih tinggi saat ini," ujarnya.
Baca juga: Jumlah korban banjir lahar di Sumbar bertambah jadi 58 orang pada Rabu
Tim gabungan terdiri dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Alam (ESDM), serta Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) itu diagendakan terbang dari Lapangan Kayu Kubu, Bukittinggi, Sumbar, Rabu, pukul 10.20 WIB dengan tujuan memantau hulu sungai Gunung Marapi di Padang Panjang, Agam, dan Tanah Datar.
"Tapi karena heli harus mendarat darurat akibat cuaca buruk, maka terpaksa ditunda dan kegiatan ini akan disesuaikan dengan kondisi cuaca," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati di Bukittinggi, Sumbar, Rabu.
Ia menjelaskan pemantauan udara menggunakan heli penting untuk mengetahui secara pasti keberadaan posisi sebaran sisa material lahar, bebatuan yang mengendap di hulu sungai lereng Gunung Marapi.
Baca juga: BMKG siapkan 15 ton garam untuk modifikasi cuaca di Sumatera Barat
Pasalnya, informasi yang diterima BMKG melaporkan saat ini masih banyak tumpukan material berupa pasir, batu kecil-besar di sisi barat, selatan, barat daya, dan utara Gunung Marapi. Sementara di saat yang bersamaan awan hujan juga berada di wilayah yang sama, sehingga menguatkan potensi banjir lahar susulan terjadi.
Terlebih, lanjutnya, alat yang jadi andalan untuk pemantauan tersebut yakni berupa seismik dan pesawat tanpa awak/ drone milik Badan Geologi Kementerian ESDM dan Balai Wilayah Sungai V Kementerian PUPR di Sumbar tidak bisa menjangkau bagian atas gunung itu yang berjarak tiga kilometer lebih dari hilir.
"Makanya kami harus tahu sisi mana yang harus ditangani, supaya bila benar terjadi hujan deras dan mengakibatkan banjir lahar susulan maka tidak menimbulkan korban baru atau wilayah sebaran baru," katanya.
Baca juga: BMKG: Siagakan pemantau sungai dan banjir lahar susulan di Sumbar
Sementara itu Ketua Tim Tanggap Darurat Bencana Gunung Marapi Badan Geologi Kementerian ESDM Muhammad Nurul Asrori melaporkan ada 25 aliran sungai yang berhulu di Gunung Marapi, dua aliran diantaranya butuh perhatian khusus yakni di Bukik Batabuah dan Sungai Pua.
Dua aliran sungai itu hilirnya akan melintasi wilayah Agam, Tanah Datar, Padang Panjang sekitarnya dan kondisinya saat ini mengalami perubahan diameter dan kedalamannya akibat banjir lahar pada Sabtu (11/5) malam.
"Endapan di hilir sudah mulai dibersihkan, yang butuh dipastikan lagi tumpukan batuan yang di hulu itu posisinya di mana sebagai langkah mitigasi bencana susulan seiring potensi hujan masih tinggi saat ini," ujarnya.
Baca juga: Jumlah korban banjir lahar di Sumbar bertambah jadi 58 orang pada Rabu
Pewarta: M. Riezko Bima Elko Prasetyo
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2024
Tags: