KSAL: TNI AL berupaya rampungkan renstra dan postur kekuatan ke depan
14 Mei 2024 20:51 WIB
Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Muhammad Ali menyampaikan sambutan saat berlangsungnya Seminar Internasional Kapal Selam di Jakarta, Selasa (14/5/2024). ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/foc/aa.
Jakarta (ANTARA) - Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Muhammad Ali menyebut TNI AL pada 2024 berupaya merampungkan dua dokumen strategis-nya pada 2024, yaitu Rencana Strategis (Renstra) TNI AL 2025–2029 dan Postur Pembangunan Kekuatan TNI AL 2025–2044.
KSAL menjelaskan dua dokumen itu nantinya menjadi pedoman pembangunan kekuatan TNI AL ke depan, terutama setelah berakhirnya pembangunan kekuatan pokok minimum (MEF) pada akhir 2024.
"Tahun ini merupakan tahap terakhir dalam mewujudkan kekuatan pokok minimum, yang artinya 2024 juga menjadi awal untuk menyiapkan dua dokumen strategis TNI AL, yaitu Postur Pembangunan Kekuatan TNI AL 2025–2044 dan Rencana Strategis TNI AL 2025–2029," kata Laksamana Ali saat memberi sambutan pada acara seminar internasional "Future Submarine" di Jakarta, Selasa.
Dia menjelaskan dokumen strategis itu yang saat ini masih disusun TNI AL juga berpedoman kepada visi Indonesia menjadi negara maju pada 2045, yang juga disebut dengan Visi Indonesia Emas 2045.
Dalam mendukung Indonesia Emas 2045, TNI AL dalam postur pembangunan kekuatan sampai 2044 juga mengangkat visi untuk menjadi angkatan laut yang modern, menggentarkan di kawasan (regionally-deterrent), dan berproyeksi global (globally-projected).
"Visi itu mengakui ke depan TNI AL bakal menghadapi ragam tantangan dan risiko yang berkembang pesat, yang kompleks, dan tak dapat diprediksi baik dalam lingkup global, regional, maupun nasional. Oleh karena itu, TNI AL pun dituntut untuk tangkas, adaptif, dan punya resiliensi yang baik," kata Laksamana Ali.
Baca juga: KSAL ungkap rencana usulkan pembelian kapal selam interim
Baca juga: TNI AL tunggu Scorpene dibangun sebelum siapkan calon pengawak
Dia mencontohkan konflik dan ketegangan yang saat ini terjadi baik di tingkat global seperti pandemi COVID-19, perang Rusia-Ukraina, perang Israel-Hamas, krisis di Laut Merah, atau pun di tingkat kawasan seperti ketegangan di Selat Taiwan dan Laut China Selatan, kemudian di dalam negeri ada masalah keamanan di Papua merupakan gambaran lingkungan strategis saat ini yang dinamis dan kompleks.
Tidak hanya itu, kompleksitas itu juga ditemukan pada kemajuan teknologi pertahanan yang saat ini terlihat dari penggunaan teknologi berbasis siber, kecerdasan buatan (AI), dan persenjataan/alutsista nirawak (unmanned system).
Faktor-faktor itu, menurut KSAL, turut mempengaruhi perencanaan pembangunan kekuatan TNI AL baik dalam dokumen renstra-nya maupun postur pembangunan kekuatannya untuk jangka panjang.
Terkait itu, KSAL menyoroti secara khusus penguasaan teknologi kapal selam dalam rencana pembangunan kekuatan TNI AL. Ali menilai penguasaan teknologi kapal selam modern merupakan simbol angkatan laut yang maju. KSAL pun berpendapat penting bagi industri pertahanan dalam negeri untuk menguasai teknologi itu dan membangun kemandirian untuk memproduksi kapal selam ke depannya.
Oleh karena itu, dia yakin seminar yang membahas secara khusus proyeksi teknologi masa depan kapal selam (future submarine) yang digelar oleh Yayasan Hiu Kencana dapat menjadi masukan yang berharga bagi TNI AL dalam penyusunan renstra dan postur kekuatannya.
"Melihat kondisi TNI AL saat ini, kita membutuhkan upaya yang komprehensif untuk membangun kekuatan kapal selam yang efektif," tutur Laksamana Ali.
KSAL menjelaskan dua dokumen itu nantinya menjadi pedoman pembangunan kekuatan TNI AL ke depan, terutama setelah berakhirnya pembangunan kekuatan pokok minimum (MEF) pada akhir 2024.
"Tahun ini merupakan tahap terakhir dalam mewujudkan kekuatan pokok minimum, yang artinya 2024 juga menjadi awal untuk menyiapkan dua dokumen strategis TNI AL, yaitu Postur Pembangunan Kekuatan TNI AL 2025–2044 dan Rencana Strategis TNI AL 2025–2029," kata Laksamana Ali saat memberi sambutan pada acara seminar internasional "Future Submarine" di Jakarta, Selasa.
Dia menjelaskan dokumen strategis itu yang saat ini masih disusun TNI AL juga berpedoman kepada visi Indonesia menjadi negara maju pada 2045, yang juga disebut dengan Visi Indonesia Emas 2045.
Dalam mendukung Indonesia Emas 2045, TNI AL dalam postur pembangunan kekuatan sampai 2044 juga mengangkat visi untuk menjadi angkatan laut yang modern, menggentarkan di kawasan (regionally-deterrent), dan berproyeksi global (globally-projected).
"Visi itu mengakui ke depan TNI AL bakal menghadapi ragam tantangan dan risiko yang berkembang pesat, yang kompleks, dan tak dapat diprediksi baik dalam lingkup global, regional, maupun nasional. Oleh karena itu, TNI AL pun dituntut untuk tangkas, adaptif, dan punya resiliensi yang baik," kata Laksamana Ali.
Baca juga: KSAL ungkap rencana usulkan pembelian kapal selam interim
Baca juga: TNI AL tunggu Scorpene dibangun sebelum siapkan calon pengawak
Dia mencontohkan konflik dan ketegangan yang saat ini terjadi baik di tingkat global seperti pandemi COVID-19, perang Rusia-Ukraina, perang Israel-Hamas, krisis di Laut Merah, atau pun di tingkat kawasan seperti ketegangan di Selat Taiwan dan Laut China Selatan, kemudian di dalam negeri ada masalah keamanan di Papua merupakan gambaran lingkungan strategis saat ini yang dinamis dan kompleks.
Tidak hanya itu, kompleksitas itu juga ditemukan pada kemajuan teknologi pertahanan yang saat ini terlihat dari penggunaan teknologi berbasis siber, kecerdasan buatan (AI), dan persenjataan/alutsista nirawak (unmanned system).
Faktor-faktor itu, menurut KSAL, turut mempengaruhi perencanaan pembangunan kekuatan TNI AL baik dalam dokumen renstra-nya maupun postur pembangunan kekuatannya untuk jangka panjang.
Terkait itu, KSAL menyoroti secara khusus penguasaan teknologi kapal selam dalam rencana pembangunan kekuatan TNI AL. Ali menilai penguasaan teknologi kapal selam modern merupakan simbol angkatan laut yang maju. KSAL pun berpendapat penting bagi industri pertahanan dalam negeri untuk menguasai teknologi itu dan membangun kemandirian untuk memproduksi kapal selam ke depannya.
Oleh karena itu, dia yakin seminar yang membahas secara khusus proyeksi teknologi masa depan kapal selam (future submarine) yang digelar oleh Yayasan Hiu Kencana dapat menjadi masukan yang berharga bagi TNI AL dalam penyusunan renstra dan postur kekuatannya.
"Melihat kondisi TNI AL saat ini, kita membutuhkan upaya yang komprehensif untuk membangun kekuatan kapal selam yang efektif," tutur Laksamana Ali.
Pewarta: Genta Tenri Mawangi
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2024
Tags: