Kubu Raya (ANTARA) - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalbar menempatkan petugas tim Wildlife Rescue Unit (WRU) SKW I Ketapang untuk mengkoordinir pemantauan aktivitas orang utan di lapangan, terlebih yang memasuki area warga.

"Langkah awal yang dilakukan oleh tim di lapangan saat ini adalah dengan menempatkan petugas dari tim WRU SKW I Ketapang untuk mengkoordinir pemantauan aktivitas di lapangan," ujar Kepala Balai KSDA Kalimantan Barat, RM Wiwied Widodo di Pontianak, Selasa.

Widodo juga menginstruksikan kepada timnya untuk selalu berkoordinasi dengan Balai TN Gunung Palung, aparat desa dan warga untuk membantu pemantauan dan pengamanan aktivitas masyarakat apabila terjadi interaksi negatif satwa.

BKSDA Kalbar akan melakukan kajian habitat di sekitar tempat dijumpainya orang utan termasuk lokasi konsesi perkebunan maupun Perizinan Berusaha Pemanfaatan Hutan (PBPH) serta memberikan edukasi kepada masyarakat terkait penanganan orang utan.

Baca juga: BKSDA Kalbar cari orang utan yang terjebak karhutla di Ketapang

Baca juga: Bayi orang utan di Ketapang diselamatkan BKSDA Kalbar bersama IAR
Pihaknya juga akan menyiapkan upaya penyelamatan satwa dengan evakuasi dan pelepasan jika diperlukan, serta akan terus memantau dan melakukan penghaluan kembali di Kawasan Taman Nasional Gunung Palung.

“Kita juga akan terus memonitor dan melakukan penghaluan kembali ke kawasan Taman Nasional Gunung Palung, jika ada evakuasi, nantinya akan dilepas lagi ke kawasan Taman Nasional Gunung Palung oleh tim WRU BKSDA Kalbar dan tim WRU BTN Gn. Palung," katanya.

Hal ini berkaitan dengan beredarnya informasi kemunculan orang utan di jalan nasional yang menghubungkan antara Kabupaten Ketapang dan Kabupaten Kayong Utara pada tanggal 12 Mei 2024. Tim WRU Balai KSDA Kalbar melalui SKW I Ketapang segera menindaklanjuti dengan menelusuri kebenaran dari informasi tersebut.

Pada hari Senin, 13 Mei 2024, tim SKW I Ketapang melakukan groundcheck ke lokasi kemunculan orang utan tersebut, serta mencari informasi terkait kebenaran berita kepada Kepala Desa Riam Berasap Jaya dan masyarakat setempat. Dari informasi yang diperoleh di lapangan, orang utan yang diberitakan berada di tepian jalan raya tersebut berasal dari dalam kebun salah satu masyarakat.

Warga setempat yang juga merupakan mitra YIARI, yakni Ansol mengatakan ketika dirinya sedang melakukan pemantauan orang utan di Desa Riam Berasap dan sekitarnya. Dia melihat orang utan sedang memakan umbut kelapa milik masyarakat.

Ansol mencoba menghalau agar kembali ke kawasan hutan dengan bunyi-bunyian sehingga membuat orang utan panik.

Orang utan tersebut tidak menjauhi kebun masyarakat akan tetapi mengikuti Asnol hingga ke tepi jalan raya. Pada saat itu Ansol pun mengambil dokumentasi ketika orang utan sedang di tepi jalan raya.

Orang utan tersebut terus mengikuti Ansol hanya sampai di tepian jalan raya saja dan setelah itu pergi menjauhi kebun milik masyarakat.
Hasil groundcheck yang dilakukan oleh BKSDA, diketahui bahwa orang utan yang ramai diberitakan tidak terpantau saat tim berada di lokasi kejadian. Demikian juga dengan sarang ataupun bekas sarang orang utan di sekitar lokasi kejadian.

Tim SKW I Ketapang bersama-sama kepala desa dan masyarakat setempat juga melakukan pengecekan ke beberapa lokasi dan kebun masyarakat sekitar.*

Baca juga: Cagar Alam Muara Kendawangan perlu dikelola kolaboratif, sebut BKSDA

Baca juga: BKSDA-IAR Indonesia lepasliarkan satu orang utan