Jakarta (ANTARA) - Kualitas udara di Jakarta pada Selasa pagi ini menempati peringkat keempat sebagai kota dengan kualitas udara terburuk di dunia yang artinya bisa memberi pengaruh bagi kelompok sensitif Situs pemantau kualitas udara IQAir pada pukul 06.40 WIB menyebut Indeks Kualitas Udara (AQI) di Jakarta masuk dalam kategori tidak sehat berada pada angka 159 dengan nilai konsentrasi PM2.5 sebesar 66,3 mikrogram per meter kubik.

Angka itu memiliki penjelasan tingkat kualitas udaranya tidak sehat bagi kelompok sensitif karena dapat merugikan manusia ataupun kelompok hewan yang sensitif atau bisa menimbulkan kerusakan pada tumbuhan ataupun nilai estetika.

Sedangkan kategori baik yakni tingkat kualitas udara yang tidak memberikan efek bagi kesehatan manusia atau hewan dan tidak berpengaruh pada tumbuhan, bangunan ataupun nilai estetika dengan rentang PM2,5 pada kisaran 0-50.

Kemudian, kategori sedang yakni kualitas udaranya yang tidak berpengaruh pada kesehatan manusia ataupun hewan tetapi berpengaruh pada tumbuhan yang sensitif dan nilai estetika dengan PM2,5 pada rentang 51-100.

Lalu, kategori sangat tidak sehat dengan PM2,5 pada rentang 200-299 atau kualitas udaranya dapat merugikan kesehatan pada sejumlah segmen populasi yang terpapar. Terakhir, berbahaya (300-500) atau secara umum kualitas udaranya dapat merugikan kesehatan yang serius pada populasi.

Kota dengan kualitas udara terburuk urutan pertama yaitu Delhi, India di angka 203, urutan kedua Lahore, Pakistan di angka 181, urutan ketiga Kota Medan, Indonesia di angka 169, dan urutan kelima Mumbai, India di angka 146.

Lalu urutan ke enam Hanoi, Vietnam di angka 143, urutan ke tujuh Dubai, Uni Emirat Arab di angka 120, urutan ke sembilan Manama, Bahrain di angka 110, dan urutan ke sepuluh Beijing, Cina di angka 110.

Sebelumnya, Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono menyebutkan, pihaknya tetap menggencarkan pemasangan generator bertekanan tinggi untuk menyemprotkan kabut air (water mist generator) ke udara meskipun memasuki musim hujan.

"Ya tetap saja (pasang water mist), tidak ada perubahan penanganan polusi, tahun depan kan masih ada berulang musim panas," kata Heru di Balai Kota DKI, Jakarta Pusat, Kamis (23/11).

Pemasangan generator water mist menjadi salah satu upaya Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta untuk menekan polusi udara.

Menurut Heru, seharusnya pemasangannya terus ditambah sebagai persiapan saat musim kemarau di masa mendatang.
"Kan tetap saja tahun depan masih ada berulang musim panas. Justru saya meminta pada kesempatan ini water mist ditambah sehingga nanti saat musim kemarau (tiba) musim depan itu sudah (banyak). Setiap gedung tinggi harus ada water mist," kata Heru.

Juru Bicara Satuan Tugas Pengendalian Pencemaran Udara (Satgas PPU) Provinsi DKI Jakarta Ani Ruspitawati menyebutkan, hingga 17 November 2023 jumlah generator water mist sudah terpasang 177 unit di 143 gedung gedung pemerintah maupun swasta.

Adapun ruang lingkup satgas pengendalian pencemaran udara ini diantaranya menyusun Standar Operasional Prosedur (SOP) Penanganan Pencemaran Udara di Provinsi DKI Jakarta, mengendalikan polusi udara dari kegiatan industri, dan memantau secara berkala kondisi kualitas udara, hingga dampak kesehatan dari polusi udara.

Lalu, melaksanakan pencegahan sumber pencemar, baik dari sumber bergerak maupun sumber tidak bergerak, termasuk sumber gangguan serta penanggulangan keadaan darurat. Kemudian menerapkan wajib uji emisi kendaraan bermotor, melakukan peremajaan angkutan umum dan pengembangan transportasi ramah lingkungan untuk transportasi umum dan pemerintah

Selanjutnya bertugas meningkatkan ruang terbuka, bangunan hijau, dan menggiatkan gerakan penanaman pohon, meningkatkan peran serta masyarakat dalam perbaikan kualitas udara, melaksanakan pengawasan ketaatan perizinan yang berdampak terhadap pencemaran udara dan penindakan terhadap pelanggaran pencemaran udara.

Baca juga: Legislator optimis Jakarta bebas macet dan polusi usai IKN pindah