GNB tetap eksis hingga abad 21
ilustrasi Menteri luar negeri dan kepala delegasi dari negara-negara Non Blok berfoto bersama di depan gedung Parlemen Serbia, Beograd, Senin (5/9). Negara-negara Non-Blok memperingati 50 tahun KTT Non-Blok yang pertama yang diselenggarakan di ibukota Yugoslavia, Beograd pada September 1961. Gerakan Non Blok diprakarsai oleh Presiden Yugoslavia Josip Broz Tito, Perdana Menteri India yang pertama Jawaharlal Nehru, Presiden Mesir Gamal Abdul Nasser, Presiden Ghana yang pertama Kwame Nkrumah, dan Presiden Indonesia pertama Soekarno. (FOTO ANTARA/REUTERS/Marko Djurica/ox/11.)
Hal itu diungkapkan asisten staf khusus bagian luar negeri Presiden RI , Dr Yayan Ganda Hayat Mulyana pada kesempatan public lecture di Fakultas Ilmu Politik Universitas Beograd, Serbia, demikian Sekretaris Tiga Pensosbud KBRI Serbia Ariana Yulianti kepada ANTARA London, Kamis.
Dikatakannya, GNB yang telah berusia 52 tahun adalah organisasi internasional pascaperang dingin terlama yang mulai dari pendiriannya hingga kini yang masih meninggalkan pengaruh pada kebijakan luar negeri negara-negara anggotanya.
Pada lecture di hadapan para duta-duta besar negara sahabat diantaranya dari Aljazair, India, Iran, serta kalangan staf pengajar dan siswa Universitas Beograd, Dr. Yayan Ganda Hayat Mulyana memberikan paparan mengenai GNB semenjak awal pendiriannya.
Diakuinya, GNB telah memberikan pengaruh yang besar bagi perkembangan sejarah dunia dan perkembangannya kini yang masih tetap memberikan pengaruh bagi dasar-dasar kebijakan politik luar negeri Negara-negara anggotanya, khususnya Indonesia dan Serbia (Yugoslavia)
Menurut Yayan GH Mulyana, Indonesia sebagai salah satu pendiri dari GNB, yang kini terus melanjutkan hubungan bilateral dengan baik di berbagai kerjasama diantaranya di bidang politik, ekonomi, sosial-budaya yang terbina dengan sejak lama.
Terlepas berakhirnya era perang dingin, GNB terus menunjukkan perannya sebagai salah satu organisasi internasional yang cukup berpengaruh di duni internasional dan terdapat optimisme yang baik akan kelanjutan peran GNB di masa mendatang, ujar diplomat karir yang kini asisten staf khusus bagian luar negeri Presiden RI.
Dr Yayan GH Mulyana memulai karirnya di Kementerian Luar Negeri (Kemlu) pada tahun 1993, dan bertugas di PTRI New York pada tahun 2000-2004 dan 2007-2008 serta KBRI Singapura 2009-2010.
Selama karirnya di Kemlu, Dr Yayan aktif dalam berbagai konferensi-konferensi organisasi internasional, diantaranya AAPP, APEC, ASEM, ASEAN,KAA,D8, ECOSOC, G-77, G20, UN Commission for Social Development, UN Security Council, World Culture Forum, dan lainnya.(ZG)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013