BKKBN: Pesantren mesti jadi pusat pembentukan remaja berkualitas
11 Mei 2024 19:41 WIB
Kepala BKKBN dr. Hasto Wardoyo (berkopiah hitam, berselendang merah putih) saat mengunjungi Pondok Pesantren Assalam Sendawar, Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur, pada Jumat (10/5/2024). ANTARA/HO-BKKBN.
Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dr. Hasto Wardoyo mengemukakan bahwa pesantren mesti jadi pusat pembentukan remaja berkualitas dan dapat mengedukasi agar remaja terhindar dari pernikahan dini.
"Di BKKBN ada namanya program Generasi Berencana (GenRe). Program ini memberikan edukasi pada remaja untuk membentuk remaja berkualitas dan terhindar dari pernikahan dini, seks pranikah dan napza. Harapannya, pesantren nanti juga bisa menjadi center of excellence program GenRe," ujar Hasto dalam keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu.
Ia menyampaikan hal tersebut saat mengunjungi Pondok Pesantren Assalam Sendawar, Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur, pada Jumat (10/5).
Hasto juga berharap, pesantren juga dapat mengajarkan pendidikan agama yang berkualitas bagi remaja sebagai bekal untuk menciptakan generasi berkualitas Indonesia di masa depan.
"Saya optimistis para santri di pesantren ini nanti akan menjadi pemimpin yang baik dan akan menggantikan kita di masa depan. Saya yakin pesantren merupakan wadah pendidikan yang tepat untuk remaja saat ini, di mana pesantren mengajarkan pendidikan agama yang baik, bagaimana menjaga pergaulan dan menyiapkan generasi yang berkualitas," katanya.
Hasto juga menyampaikan bahwa amanah yang diemban BKKBN saat ini adalah pembangunan kualitas keluarga, dan bagaimana menjaga keluarga berketahanan yang bahagia juga sejahtera.
"Saat ini, permasalahan keluarga di Indonesia adalah tingginya tingkat perceraian. Hal ini salah satunya disebabkan kurangnya kesiapan remaja dan minimnya pendidikan keluarga," ucapnya.
Selain itu, lanjut dia, BKKBN juga diamanahkan melakukan kampanye pencegahan stunting, yakni kondisi tumbuh kembang anak yang tidak normal.
"Kampanye pencegahan stunting bertujuan untuk menyiapkan keluarga berkualitas, dimulai dari penyiapan remaja. Remaja perlu disiapkan sejak dini agar terhindar dari pergaulan bebas, Napza dan risiko lainnya," tuturnya.
Dalam kunjungan tersebut, Hasto juga mengisahkan bahwa dirinya pernah bertugas sebagai tenaga kesehatan di daerah Kahala dan Melak, Kalimantan Timur, selama lima tahun bersama sang istri.
"Pada zaman itu, ketersediaan obat terbatas jenisnya. Sebagai tenaga kesehatan, tentu saya perlu menyiasati kondisi tersebut. Di samping membantu mengobati, saya juga memberikan edukasi kesehatan agar mudah dipahami pasien," kisahnya.
Kehadiran Hasto disambut dengan hangat oleh pengasuh pondok pesantren As Salam, KH. Arief Heri Setyawan, didampingi tokoh agama, tokoh masyarakat, organisasi kemasyarakatan, dan 220 santri.
Arief menyampaikan apresiasi yang tinggi pada Kepala BKKBN atas perhatiannya terhadap Kutai Barat di mana dulu Hasto pernah bertugas.
Pada acara tersebut juga diserahkan bantuan untuk mendukung program edukasi pencegahan stunting kepada pengelola pesantren.
Baca juga: Kepala BKKBN sebut IKN dapat jadi contoh nol stunting
Baca juga: Bantuan laparoskopi BKKBN berhasil tingkatkan akseptor KB di Bengkulu
"Di BKKBN ada namanya program Generasi Berencana (GenRe). Program ini memberikan edukasi pada remaja untuk membentuk remaja berkualitas dan terhindar dari pernikahan dini, seks pranikah dan napza. Harapannya, pesantren nanti juga bisa menjadi center of excellence program GenRe," ujar Hasto dalam keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu.
Ia menyampaikan hal tersebut saat mengunjungi Pondok Pesantren Assalam Sendawar, Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur, pada Jumat (10/5).
Hasto juga berharap, pesantren juga dapat mengajarkan pendidikan agama yang berkualitas bagi remaja sebagai bekal untuk menciptakan generasi berkualitas Indonesia di masa depan.
"Saya optimistis para santri di pesantren ini nanti akan menjadi pemimpin yang baik dan akan menggantikan kita di masa depan. Saya yakin pesantren merupakan wadah pendidikan yang tepat untuk remaja saat ini, di mana pesantren mengajarkan pendidikan agama yang baik, bagaimana menjaga pergaulan dan menyiapkan generasi yang berkualitas," katanya.
Hasto juga menyampaikan bahwa amanah yang diemban BKKBN saat ini adalah pembangunan kualitas keluarga, dan bagaimana menjaga keluarga berketahanan yang bahagia juga sejahtera.
"Saat ini, permasalahan keluarga di Indonesia adalah tingginya tingkat perceraian. Hal ini salah satunya disebabkan kurangnya kesiapan remaja dan minimnya pendidikan keluarga," ucapnya.
Selain itu, lanjut dia, BKKBN juga diamanahkan melakukan kampanye pencegahan stunting, yakni kondisi tumbuh kembang anak yang tidak normal.
"Kampanye pencegahan stunting bertujuan untuk menyiapkan keluarga berkualitas, dimulai dari penyiapan remaja. Remaja perlu disiapkan sejak dini agar terhindar dari pergaulan bebas, Napza dan risiko lainnya," tuturnya.
Dalam kunjungan tersebut, Hasto juga mengisahkan bahwa dirinya pernah bertugas sebagai tenaga kesehatan di daerah Kahala dan Melak, Kalimantan Timur, selama lima tahun bersama sang istri.
"Pada zaman itu, ketersediaan obat terbatas jenisnya. Sebagai tenaga kesehatan, tentu saya perlu menyiasati kondisi tersebut. Di samping membantu mengobati, saya juga memberikan edukasi kesehatan agar mudah dipahami pasien," kisahnya.
Kehadiran Hasto disambut dengan hangat oleh pengasuh pondok pesantren As Salam, KH. Arief Heri Setyawan, didampingi tokoh agama, tokoh masyarakat, organisasi kemasyarakatan, dan 220 santri.
Arief menyampaikan apresiasi yang tinggi pada Kepala BKKBN atas perhatiannya terhadap Kutai Barat di mana dulu Hasto pernah bertugas.
Pada acara tersebut juga diserahkan bantuan untuk mendukung program edukasi pencegahan stunting kepada pengelola pesantren.
Baca juga: Kepala BKKBN sebut IKN dapat jadi contoh nol stunting
Baca juga: Bantuan laparoskopi BKKBN berhasil tingkatkan akseptor KB di Bengkulu
Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2024
Tags: