"Ada bagian kecil dari partikel paparan abu vulkanik yang menstimulus timbulnya awan hujan di atas langit Sulteng, sehingga dua pekan terakhir hujan di daerah ini terjadi setiap saat, baik dengan intensitas ringan, sedang, hingga lebat," kata Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Kelas II Mutiara Sis-Aljufi Palu, di Palu, Sabtu.
Ia menjelaskan dari paparan abu vulkanik ada sebagian partikel kecil yang dapat mengikat uap air di udara sehingga dapat memicu pembentukan awan hujan.
Baca juga: BMKG terbitkan 14 daerah berstatus waspada dampak cuaca ekstrem
Secara normatif, menurut prakiraan cuaca BMKG, puncak musim hujan di daerah ini terjadi dua kali yakni pada Desember, Januari, hingga Februari, kemudian pada Juni hingga Agustus.
Meski begitu Sulteng masuk dalam daerah non-ZOM (Zona Musim) atau meski masuk pada musim kemarau potensi hujan masih tetap ada.
"Masyarakat tetap waspada potensi bencana hidrometeorologi, terutama warga yang bermukim di sekitar lereng gunung maupun bantaran sungai, serta daerah-daerah yang memiliki riwayat banjir bandang, namun kewaspadaan itu jangan sampai menimbulkan kepanikan," kata dia.