Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Kota Jakarta Barat (Pemkot Jakbar) mengevaluasi pemberian makanan tambahan (PMT) berupa telur kepada 300 anak bawah lima tahun (balita) di Kecamatan Cengkareng dan Kebon Jeruk di daerah itu untuk mengetahui efektivitasnya dalam rangka menekan stunting.

"Kami kerja sama dengan swasta untuk pemberian telur kepada 300 balita yang kekurangan yang berat badan setiap hari selama tiga bulan. Sekarang sedang evaluasi," ucap Ketua Subkelompok Kesehatan, Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk Bagian Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Jakarta Barat, Endang Tri Rahayu saat dihubungi di Jakarta, Kamis.

Ia menjelaskan, PMT tersebut selama tiga bulan mulai 8 Februari 2024 hingga 8 Mei 2024, bekerja sama dengan salah satu perusahaan swasta di wilayah tersebut. Endang menyebut bahwa hasil evaluasi paling lambat akan akan diketahui pada minggu keempat Mei 2024.

"Hasilnya paling lambat keluar minggu keempat bulan ini," kata dia.

Baca juga: Jaksel libatkan kader TP PKK untuk percepatan penurunan stunting

Adapun evaluasi tersebut berupa peningkatan berat badan serta perubahan perilaku balita bersangkutan.

"Setelah PMT itu, kita evaluasi berat badan balita, termasuk juga perilaku mencuci tangan dengan sabun sebelum makan misalnya. Itu juga kita evaluasi, karena kita ajari juga selama program ini," ucap Endang.

Ia menyebutkan, PMT telur ini melibatkan tenaga Posyandu Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) setempat.

Setiap balita, kata Endang, diberi 10 butir telur selama satu minggu sebagai sumber protein hewani.

"Satu balita, 10 butir telur satu minggu. Jadi, setiap hari ada yang konsumsi satu butir, ada hari yang konsumsi dua butir," ucap dia.

Baca juga: Penanganan stunting tak sekadar pemenuhan kebutuhan nutrisi

Hasil evaluasi tersebut, kata Endang, nantinya akan dijadikan patokan mengenai tindakan seperti apa yang akan diberikan kepada balita bersangkutan.

"Nanti hasil evaluasi, kita bisa pakai untuk tindak lanjut ke balita," ujar Endang.

Ia meminta orang tua para balita yang ada di wilayah Jakarta Barat untuk mengutamakan kebutuhan makanan, dalam hal ini protein balita.

"Jangan sampai uang rokok lebih banyak dari uang untuk beli telur balita," kata Endang.

Data Suku Dinas Kesehatan Pemkot Jakbar menyebutkan, pada 2023 terdapat 1.306 dari 75.000 balita di Jakarta Barat yang terindikasi stunting (tengkes) dengan prevalensi 1,73 persen.

Baca juga: DKI tingkatkan layanan Posyandu dan beri suplemen untuk atasi stunting