"Gerakan 'Jumat Bersih' sebagai langkah pencegahan penyebaran DBD di Kabupaten Mukomuko," kata Kepala Seksi Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit Menular Dinkes Mukomuko Ruli Herlindo, di Mukomuko, Kamis.
Pemerintah Kabupaten Mukomuko berkomitmen melakukan empat langkah penanggulangan DBD, yakni pembentukan Kelompok Kerja Operasional (Pokjanal) DBD mulai dari tingkat kabupaten, kecamatan, hingga kelurahan atau desa.
Kemudian gerakan satu rumah satu jumantik dan menetapkan satu orang dalam setiap rumah sebagai kader pemantau jentik nyamuk yang menjadi penyebab DBD, gerakan "Jumat Bersih", dan pelayanan pengasapan atau fogging.
Baca juga: Pemkab Mukomuko tingkatkan kesadaran warga cegah penyebaran DBD
"Untuk pembentukan Kelompok Kerja Operasional (Pokjanal) DBD dan gerakan satu rumah satu jumantik membutuhkan waktu panjang dan kegiatan ini dilaksanakan secara bertahap," ujarnya.Baca juga: Pemkab Mukomuko tingkatkan kesadaran warga cegah penyebaran DBD
Untuk itu, Dinkes Mukomuko berkunjung ke 17 puskesmas yang tersebar di 15 kecamatan untuk melakukan gerakan "Jumat Bersih" di wilayahnya guna mencegah perkembangbiakan jentik nyamuk yang menjadi penyebab DBD.
Selanjutnya, kata dia, pihak puskesmas bekerja sama dengan pemerintah desa untuk menggerakkan warga guna melakukan pemberantasan sarang nyamuk secara gotong royong dan rutin setiap hari Jumat.
Menurut dia, Dinkes Mukomuko telah menangani sebanyak 299 kasus DBD pada periode bulan Januari hingga April 2024.
Baca juga: Pemkab Mukomuko tingkatkan kesadaran warga cegah penyebaran DBD
Dari sebanyak 299 kasus ini, katanya, ada empat penderita DBD di daerah ini meninggal dunia, meskipun telah ditangani oleh tenaga medis di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Mukomuko.Menurut dia, Dinkes Mukomuko telah menangani sebanyak 299 kasus DBD pada periode bulan Januari hingga April 2024.
Baca juga: Pemkab Mukomuko tingkatkan kesadaran warga cegah penyebaran DBD
Dari empat penderita DBD yang meninggal dunia itu, awalnya ada dua penderita yang dilaporkan meninggal dunia, yakni Karmilah (51) warga Kecamatan Selagan Raya dan bayi berusia 11 bulan bernama Kaisan Gilbi Giffani warga Wonosobo.
Sebelum dua penderita DBD itu meninggal dunia, kata dia, mereka terlebih dahulu mendapatkan perawatan di RSUD Mukomuko.
"Bayi bernama Kaisan Gilbi awalnya dirawat di RSUD Mukomuko, kemudian bayi ini dirujuk di rumah sakit di Padang, Sumatera Barat, tetapi meninggal dunia," ujarnya.
Baca juga: Pengasapan bukan solusi jitu atasi DBD di Bengkulu
Kemudian ada satu lagi penderita DBD yang meninggal dunia, yakni Kepala Bagian Pembangunan Sekretariat Pemerintah Kabupaten Mukomuko Hery Afian Efendi (48).Baca juga: Pengasapan bukan solusi jitu atasi DBD di Bengkulu
"Dan ada satu lagi penderita DBD dari Kota Praja, Kecamatan Air Manjuto yang meninggal dunia," katanya.