Jakarta (ANTARA News) - Ketua Divisi Tumbuh Kembang RSUD Dr. Soetomo, Ahmad Suryawan, menyebutkan kerusakan otak, kerusakan organ penerima atau indera, dan gangguan input adalah tiga faktor penting yang membuat anak terlambat berbicara.

Menurut dia, anak yang tidak bisa mendengar dengan baik bisa ditolong dengan memasangkan alat bantu dengar, tapi jika kerusakan pada telinga parah, maka pilihannya adalah transplantasi organ.

"Transplantasi organ memang mahal, masing-masing bisa mencapai Rp300 juta, tapi itu kan untuk masa depan," kata Ahmad di Jakarta, Jumat.

Bila kondisi otak dan telinga anak dalam keadaan sempurna namun kemampuan bicara masih lambat, kemungkinan biang keladinya adalah gangguan input yang disebabkan kurangnya rangsangan dari orangtua pada anak untuk berbicara, seperti kurangnya interaksi verbal antara orangtua dan anak.

Anak menyerap apa yang didengarnya dalam gudang kosakata di area Wernicke di otak besar.

"Semakin sering dia mendengar kosakata, pemahaman anak tentang bahasa pun bertambah," kata dia.

Bila tabungan kosakata anak sudah penuh, area otak lain bernama Broca akan terangsang untuk membuat anak mengucapkan kata-kata yang selama ini dia dengar.

"Kalau orangtua tidak banyak memberi stimulasi, bank kosakata anak tidak penuh sehingga dia tidak akan bicara," jelas dia.